BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Ustaz Felix Siauw mengomentari aksi kekerasan, penjarahan, hingga praktik standar ganda di tengah maraknya aksi demo melalui akun Instagram pribadinya, @felix.siauw.
Meski mencoba memahami alasan di balik tindakan anarkis, ia tetap menegaskan sikap tegasnya, tidak ada satu pun bentuk perusakan atau penjarahan yang bisa dibenarkan.
Felix mengawali dengan sebuah refleksi sederhana. Baginya, memahami suatu tindakan bukan berarti membenarkannya.
“Aku mencoba paham kenapa penjarahan itu bisa terjadi. Kenapa orang-orang itu bisa berbuat kekerasan secara fisik. Tapi aku tetap enggak setuju dengan apapun yang terjadi berupa penjarahan ataupun perusakan-perusakan yang bersifat fisik,” ujarnya.
Pesan ini terasa relevan, terutama ketika demonstrasi yang bertujuan menyuarakan aspirasi sering kali berubah menjadi ajang chaos, meninggalkan jejak kerusakan fasilitas umum, bahkan penjarahan yang merugikan masyarakat luas.
Ia menyebut akar dari semua permasalahan ini terletak pada mentalitas. Menurutnya, perlawanan terhadap kesewenang-wenangan bukan hanya untuk melawan sosok atau kelompok tertentu, melainkan cara agar kita tidak ikut tertular mentalitas buruk yang sama.
“Kenapa kita melawan? Supaya kita tidak diubah oleh kesewenang-wenangan itu. Karena kita mau untuk berbeda daripada itu,” tegas Felix.
Pernyataan ini seolah menjadi pengingat bahwa aksi protes tidak seharusnya kehilangan arah hingga meniru sifat-sifat yang sebenarnya ingin dilawan.
Baca Juga:
Ustaz Felix Siauw Akui “Tidak Suka” Ustaz Adi Hidayat
Felix juga tak segan mengkritik praktik standar ganda yang dianggap masih mengakar di masyarakat. Ia menyandingkan perilaku para perusuh jalanan dengan praktik korupsi di kursi kekuasaan. Menurutnya, perbedaan keduanya hanya terletak pada posisi dan kesempatan.
“Mungkin perbedaan antara orang-orang yang maling di DPR dengan orang-orang yang misalnya menjarah itu cuma beda posisi aja. Artinya kalau andaikan mereka dikasih posisi yang sama, bisa jadi mereka berbuat hal yang sama,” ucapnya.
Kritik tajam ini menyorot bahwa keburukan bisa terjadi di level mana pun, baik di jalanan maupun di ruang-ruang elite politik.
Pesan utama dari video tersebut sederhana namun menohok yaitu hentikan kebiasaan menormalisasi keburukan. Tidak ada alasan pembenaran, bahkan dengan dalih keadaan darurat, tujuan mulia, atau sekadar melampiaskan amarah.
“Stop normalisasi keburukan-keburukan. Stop normalisasi sesuatu yang salah. Dengan alasan apapun. Karena kita lebih baik daripada itu. Yang kita pengen bangun adalah sesuatu yang berdasarkan kebenaran,” jelas Felix dengan tegas.
ia menutup pernyataannya dengan sebuah kalimat reflektif yang bisa dijadikan pegangan. Ia menyebut bahwa pengalaman dengan orang-orang “bajingan” justru bisa menjadi guru terbaik. Bukan untuk meniru kelakuannya, tetapi sebagai pengingat agar tidak terjerumus menjadi seperti mereka.
“Karena orang bajingan itu guru terbaik. Supaya kita enggak kayak itu,” pungkasnya.
(Daniel Oktorio Saragih-Ilmu Komunikasi UNIBI/Budis)