BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Gereja St Yohanes di Kampung Kerukunan, Ciamis, Jawa Barat, sukses menggelar perayaan Imlek yang unik dengan memadukan wayang Potehi dengan wayang Golek.
Acara tersebut menampilkan kolaborasi spektakuler antara Wayang Potehi (seni Tionghoa Nusantara) dan Wayang Golek (seni Sunda), menyatukan dua budaya dalam satu panggung yang harmonis.
Perpaduan Dua Budaya
Pertunjukan Wayang Potehi, dengan tokoh utama Sie Jin Kwie, dibawakan oleh Dalang Andika Pratama dari Sanggar Wayang Siu Peksan Jombang.
Cerita ini mengisahkan perjuangan seorang pemuda dari keluarga sederhana yang membela tanah airnya, mengandung pesan moral tentang keberanian dan pengorbanan.
Wayang Golek, dengan tokoh Si Cepot, dibawakan oleh Dalang Rian Nugraha Tresna dari Dangiang Gentra Wirahma Galuh, Ciamis, menambahkan unsur humor khas Sunda dan memperkaya nuansa pertunjukan.
BACA JUGA : Begini Acara Wayang Wong Kartun Kontemporer Jenderal Sudirman
Makna Filosofis dan Sejarah
Andika Pratama menjelaskan kedalaman filosofis Wayang Potehi, yang terbuat dari kain dan kayu, dan telah ada di Nusantara sejak 1927, bahkan lebih dari 3000 tahun di Tiongkok.
Wayang Golek, sebagai representasi budaya Sunda, juga memiliki nilai sejarah dan filosofis yang kaya.
Acara ini berlangsung di dalam gereja yang dihiasi meriah, dihadiri warga Ciamis dari berbagai latar belakang etnis dan agama.
Pertunjukan ini menjadi simbol nyata toleransi, keberagaman, dan persatuan di Kabupaten Ciamis. Para pengunjung mengapresiasi perpaduan budaya Tionghoa dan Sunda yang harmonis.
Pagelaran ini juga menjadi upaya memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia.
Baik Andika Pratama maupun Rian Nugraha Tresna menekankan bahwa seni bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana pendidikan dan pelestarian budaya.
Acara ini menunjukkan bahwa perbedaan budaya bukan hambatan, melainkan kekuatan yang memperkaya kehidupan masyarakat.
(Hafidah Rismayanti/Aak)