BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ketua Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025 Eduart Wolok menyebut sebanyak 76 sekolah tak melakukan finalisasi pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS) untuk ikut jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) setelah batas pengisian jatuh pada Rabu (5/2) pukul 15.00 WIB kemarin.
Akibatnya, siswa dari sekolah-sekolah tersebut kehilangan kesempatan untuk mendaftar ke perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi. Namun, ketika ditanya alasan, pihak masing-masing sekolah menjawab dengan jawaban yang hampir sama yaitu, lalai. Salah satu wilayah yang terdampak hal ini adalah Jawa Barat.
SMAN 1 Cileunyi
Kasus pertama terjadi di daerah Cileunyi, Bandung. Ada sebanyak 194 pelajar SMAN 1 Cileunyi, Kabupaten Bandung terancam gagal mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Pihak sekolah mengakui, terdapat kelalaian petugas yang melakukan input data siswa ke Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Berkenaan dengan hal itu, pihak SMAN 1 Cileunyi mengaku akan bertanggung jawab.
SMAN 4 Karawang
Lalu, kasus serupa selanjutnya terjadi juga di Karawang. Sebanyak 141 siswa SMAN 4 Karawang, Jawa Barat, menggelar aksi protes, Rabu (5/2/2025), lantaran gagal mendaftar Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).
Pihak sekolah beralasan kendala utama dalam proses pendaftaran adalah gangguan jaringan serta ketidaksesuaian data Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) dan Nomor Induk Kependudukan (NIK).
Pihak sekolah juga menyebutkan bahwa sekolah telah tiga kali mengirim permintaan perpanjangan waktu dan pembukaan kembali akses PDSS. Ternyata tidak hanya SMAN 4 Karawang saja. Akan tetapi dua sekolah alami serupa. Yakni, di SMAN 1 Telukjambe dan SMAN 1 Tirtajaya.
Hanya saja, di dua sekolah tersebut persoalannya tidak sekompleks seperti di SMAN 4 Karawang.
SMK Negeri 1 Depok
Sebanyak 137 siswa eligible di SMK Negeri 1 Depok terancam tidak ikut dalam Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) lewat Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2025.
Penyebabnya, pihak sekolah diduga lalai mengisi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS). Kondisi itu dipicu keterlambatan operator sekolah dalam memasukkan data siswa ke sistem. Pihak sekolah menyatakan terus mengupayakan agar siswa bisa ikut SNBP atau SNMPTN.
Tidak hanya itu saja, sebanyak, 72 siswa SMA Negeri 1, Pebayuran, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, gagal mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP).
Alasannya pun serupa dengan sekolah sebelumnya yaitu, belum menginput data Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) yang hendak melanjutkan ke perguruan tinggi melalui SNBP.
”Iya, karena adanya kelalaian, sehingga telat dalam menginput data para siswa untuk mengikuti SNBP,” aku Kasie Humas SMA Negeri 1 Pebayuran, Rusmawan, Rabu (5/2/2025).
SMA Negeri 7 Cirebon
Hal serupa juga terjadi di Cirebon. Siswa SMA Negeri 7 Cirebon melakukan aksi protes terhadap pihak sekolah. Para siswa protes karena pihak sekolah terlambat mendaftarkan mereka ke Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB).
Dari SMA Negeri 7 Cirebon, sebenarnya ada 150 siswa yang seharusnya bisa mengikuti SNPMB. Jumlah tersebut terdiri dari 80 siswa kelas IPA dan 70 siswa kelas IPS.
BACA JUGA: Siswa Terancam Tak Bisa Ikut SNBP, DPR: Jangan Pupus Mimpi Anak-anak Karena Kelalaian
Melihat kejadian tersebut DPR tidak hanya diam saja. Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menanggapi polemik kebijakan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) bagi siswa-siswa yang hendak mendaftar kuliah. Dasco mengatakan pihaknya telah mendengar keluhan masyarakat terkait permasalahan tersebut.
“Kami sudah mendengar kabar dari media massa dan kami juga sudah monitor tentang isu ini,” kata Dasco di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Dasco menyebut polemik itu akan ditindaklanjuti oleh komisi teknis terkait di DPR, yakni Komisi X DPR. Dia mengatakan Komisi X DPR akan rapat dengan kementerian terkait pada pekan depan.
(Kaje/Budis)