BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di antara dedaunan yang bergoyang pelan, seekor siamang (Symphalangus syndactylus) jantan bernama Mazda tetap bertengger kukuh di pucuk pohon. Tak seperti biasanya, siamang berusia 12 tahun ini biasanya patuh kembali ke kandang tidurnya setiap senja di tengah rimbunnya suasana Bandung Zoo, Kebun Binatang Bandung.
Belakangan ini Mazda yang tampak mengalami depresi itu menolak turun meski harus menahan lapar dan dahaga, sejak insiden traumatis yang dialaminya pada Senin (9/6/2025) lalu.
“Info terbaru hingga sore tadi (Rabu 18 Juni), siamang masih stress, masih tetap di atas pohon, di posisi yg sama. Baru mau makan sedikit,” ungkap Sulhan Sjafi’i, Humas Bandung Zoo.
Cerita pilu kera hitam berlengan panjang ini berawal dari eksperimen seorang keeper senior dari tim Taman Safari Indonesia (TSI), pengelola baru Bandung Zoo sejak Maret 2025 lalu.
Saat dipaksa pindah ke kandang exhibit, tubuh Mazda tersentak kaget. Satwa bersuara nyaring ini terjatuh, mengantam pagar listrik, lalu tercebur ke kolam di bawahnya.
Meski berhasil diselamatkan dan dibawa ke pulau kecil di area kandang terbuka, trauma itu tampaknya membekas dalam yang berujung pada depresi.
Dua hari berlalu pasca insiden itu tanpa setetes air atau sesuap makanan yang masuk ke tubuh sang kera hitam. Para keeper gusar, dan terus berupaya, tetapi Mazda tetap membatu di atas pohon.
“Kami sangat khawatir dengan kondisinya yang terus memburuk,” tambah sang keeper.
Situasi ini seolah menjadi metafora kekisruhan yang melanda Bandung Zoo belakangan ini. Sejak TSI mengambil alih pengelolaan pada 20 Maret 2025, dualisme kepemimpinan terjadi.
Dua struktur manajemen lama dan baru saling tumpang tindih dalam hal GM, operasional, hingga keamanan.
Akibatnya? Tercatat tujuh satwa dari berbagai jenis telah meregang nyawa dalam tiga bulan terakhir dengan empat di antaranya mati dalam rentang waktu singkat antara Mei hingga awal Juni.
Kisah duka nasib satwa di Bandung Zoo tidak hanya berhenti pada Mazda, siamang yang trauma. Mazda benar-benar menjadi pengingat mengerikan, betapa konflik manusia bisa berujung pada penderitaan makhluk tak bersalah.
Di bawah langit senja yang mulai memerah, Mazda masih terlihat jelas siluetnya – diam, sendirian, dan mungkin bertanya-tanya: kapan semua kekacauan ini akan berakhir?
Yang membuat situasi semakin memprihatinkan – tidak ada penjelasan resmi maupun klarifikasi transparan dari pihak manajemen mengenai rangkaian kematian ini.
Ketiadaan komunikasi publik ini semakin menguatkan dugaan adanya masalah serius dalam sistem perawatan satwa di bawah kepengurusan baru.
BACA JUGA
Bandung Zoo vs Pemkot, Penyegelan Lahan Kebun Binatang Batal!
Serikat Pekerja Mandiri Derenten Angkat Suara
Atas sejumlah keprihatinan itu, Serikat Pekerja Mandiri Derenten (SPMD) Bandung Zoo menuntut pihak-pihak yang diduga melakukan pengelolaan ilegal untuk segera meninggalkan institusi tersebut.
Menurut mereka, kondisi manajemen saat ini telah menciptakan keresahan dan mengganggu operasional kebun binatang.
Konflik kepengurusan ini bermula sejak 20 Maret 2025, ketika muncul klaim dari pihak yang menyatakan diri sebagai pengelola resmi Yayasan Margasatwa Tamansari.
Yaya Suhaya, Ketua SPMD, mengungkapkan dualisme kepemimpinan ini telah berdampak serius pada kinerja karyawan.
“Kami mengalami kebingungan, ketidaknyamanan, bahkan ketakutan dalam bekerja akibat dua sumber komando yang berbeda. Kami mempertanyakan legalitas pengelola saat ini karena hal ini mengganggu profesionalisme kerja kami,” tegas Yaya, Rabu (18/6/2025).
(Aak)