BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Imam al-Ghazali selalu menjadi sumber inspirasi dalam ikhtiar menggapai keridhoan Allah SWT. Kisah Imam al-Ghazali kali ini, adalah tentang seekor lalat yang menjadi penghantarnya masuk surga.
Mengutip tulisan Mahbib Khoiron yang dilansir NU Online, Imam al-Ghazali, yang tak lain adalah sosok ulama abad pertengahan yang dikenal dengan reputasi kealimannya, tak hanya diakui sebagai cendekiawan muslim yang komplet, tetapi juga sebagai sufi yang tekun dalam olah rohani.
Nama lengkapnya, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i, melekat dengan penguasaannya dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk filsafat dan tasawuf. Meski beberapa pemikirannya ada yang menuai kritik, tetapi tak ada yang meragukan kesalehan, kezuhudan, dan ketekunannya dalam beribadah.
Kesungguhan Imam al-Ghazali dalam beragama tercermin dalam karya-karyanya, seperti kitab tasawuf dasar Bidayatul Hidayah, yang sarat dengan anjuran untuk menyucikan jiwa (tazkiyatun nafs) dan mengabdikan diri secara tulus kepada Allah. Namun, di balik totalitasnya dalam beribadah, tersimpan kisah unik yang terjadi pasca-kewafatannya.
Mimpi yang Mengungkap Hakikat Ibadah
Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nashaihul ‘Ibad menceritakan kisah seseorang yang bermimpi bertemu Imam al-Ghazali. Dalam mimpi itu, sang Imam ditanya, “Bagaimana Allah memperlakukanmu?”
Lalu Imam al-Ghazali menjawab bahwa di hadapan Allah, ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Dengan penuh keyakinan, al-Ghazali menyebutkan seluruh prestasi ibadah yang pernah dilakukannya selama hidup.
Namun, Allah menjawab, “Aku menolak itu semua!” Ternyata, Allah hanya menerima satu amalan kecil yang dilakukan al-Ghazali: saat ia menunjukkan kasih sayang kepada seekor lalat.
Suatu hari, ketika al-Ghazali sedang menulis kitab, seekor lalat yang kehausan hinggap di tinta yang ia gunakan. Alih-alih mengusirnya, al-Ghazali berhenti menulis sejenak untuk memberi kesempatan lalat tersebut meminum tinta.
“Masuklah bersama hamba-Ku ke surga,” kata Allah dalam mimpi itu, merujuk pada ketulusan hati al-Ghazali yang bahkan peduli terhadap makhluk kecil seperti lalat.
BACA JUGA
Imam Al-Ghazali dan 6 Pertanyaan Penuh Hikmah untuk Murid-muridnya
Pesan Mendalam di Balik Kisah
Kisah ini mengandung pesan mendalam tentang pentingnya ketulusan hati dan kasih sayang yang tulus, bahkan kepada makhluk yang sering menganggapnya remeh. Imam al-Ghazali, yang terkenal dengan jutaan pengikut dan karya-karyanya yang monumental, justru dihargai karena amalan kecil yang dilakukan dengan hati bersih, jauh dari egoisme.
Peristiwa ini juga menjadi renungan bagi mereka yang kerap membanggakan capaian-capaian keberagamaannya. Sebab, penilaian ibadah sepenuhnya milik Allah, bukan manusia. Tak ada ruang untuk sombong atau menghakimi kualitas ibadah diri sendiri maupun orang lain. Segala prestasi ibadah yang dibanggakan bisa jadi tak bernilai di hadapan-Nya jika tidak disertai ketulusan hati.
Imam al-Ghazali mengajarkan bahwa hakikat ibadah bukan sekadar ritual formal, tetapi juga tentang kasih sayang dan kepedulian kepada semua makhluk, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama”, yang artinya: Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu”
Kisah ini mengingatkan kita bahwa kemuliaan di sisi Allah tidak selalu diukur dari amalan besar, tetapi dari ketulusan dan keikhlasan dalam setiap tindakan, sekecil apa pun.
(Aak)