BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Unjuk rasa mahasiswa terus bergulir di Amerika Serikat (AS), pengunjuk rasa mengecam atas serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap Gaza, Palestina.
Aksi menonjol terjadi di Columbia University (CU) di New York, Selasa (30/4/2024) di mana sekelompok mahasiswa mengambil alih sebuah gedung universitas sebagai bentuk protes. Mereka menutup pintu masuk dan mengibarkan bendera Palestina, menyuarakan tuntutan agar serangan Israel dihentikan.
Mahasiswa yang terlibat dalam unjuk rasa menekankan tiga tuntutan utama kepada universitas, termasuk divestasi, transparansi keuangan, dan amnesti. Namun, respons terhadap protes ini tidak selalu damai, dengan sejumlah mahasiswa ditangkap di beberapa kampus universitas di seluruh AS.
Di berbagai universitas seperti Texas, Utah, dan Virginia, penangkapan terjadi saat mahasiswa melakukan aksi protes. Perguruan tinggi harus berhadapan dengan peningkatan protes dan memastikan keamanan serta penegakan aturan.
Penyelenggara protes melalui postingan di akun Instagram mendesak masyarakat untuk melindungi perkemahan dan mengajak bergabung dengan pengunjuk rasa di Hamilton Hall.
“Untuk menghormati Hind Rajab, seorang anak yang dibunuh Israel pada usia enam tahun, sekelompok otonom merebut kembali Hind’s Hall, yang sebelumnya dikenal sebagai ‘Hamilton Hall’,” tulis akun CU Apartheid Divest (CUAD) melansir CNBC Indonesia, Rabu (1/5/2024).
BACA JUGA: 34.183 Warga Palestina Tewas di Hari ke-200 Serangan Israel
Beberapa universitas, seperti University of Southern California (USC) dan Harvard, mencoba mengadakan dialog antara mahasiswa dan otoritas universitas.
Protes mahasiswa memaksa perguruan tinggi untuk meninjau hubungan keuangan dan dukungan mereka terhadap Israel. Hal ini menciptakan tekanan terhadap institusi-institusi akademis untuk mempertimbangkan kembali keterlibatan mereka dalam konflik di Timur Tengah.
Di tengah protes, beberapa mahasiswa Yahudi melaporkan pengalaman antisemitisme. Ini menimbulkan pertanyaan tentang batas antara kebebasan berekspresi dan intoleransi di lingkungan akademis.
Penting bagi semua pihak untuk terlibat dalam dialog terbuka dan memperluas pemahaman tentang konflik di Timur Tengah. Ini membantu menciptakan lingkungan yang inklusif dan menghormati beragam pandangan.
Di tengah ketegangan, upaya untuk mendukung solusi damai dan mempromosikan perdamaian harus ditingkatkan. Edukasi dan dialog dapat menjadi kunci untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam dan mendorong perubahan positif.
(Budis)