BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Aryna Sabalenka harus menelan pil pahit di final French Open 2025, ketika ia gagal meraih gelar Roland Garros pertamanya usai dikalahkan Cori Gauff dalam pertandingan tiga set yang berlangsung penuh emosi dan tekanan.
Tak hanya kalah secara skor, Sabalenka juga mengakui bahwa dirinya kalah dalam pertarungan mental.
Meski sempat unggul di set pertama lewat tiebreak, Sabalenka yang kini menyandang status petenis nomor 1 dunia justru tampil tidak stabil di dua set berikutnya.
Ia mencatatkan 70 unforced error, lebih dari dua kali lipat milik Gauff, serta mencatatkan persentase kemenangan servis pertama dan kedua di bawah 50%.
“Sejujurnya, itu permainan terburuk saya dalam beberapa bulan terakhir. Saya terlalu emosional, dan tidak bisa mengendalikan situasi. Saya merasa frustrasi dan itu sangat mengganggu permainan saya,” aku Sabalenka.
Sabalenka bukan hanya kalah dalam hal statistik. Ia juga mengakui bahwa tekanan emosional membuatnya kehilangan kendali.
Beberapa kali ia terlihat berteriak di lapangan, meluapkan kekecewaan pada dirinya sendiri. Ia menyebut kondisi cuaca yang berangin sebagai tantangan besar yang tak berhasil ia taklukkan.
“Saya tahu saya bisa bermain lebih baik. Tapi di final ini, saya benar-benar kehilangan ketenangan. Ini membuat saya sadar bahwa saya masih harus belajar banyak, terutama dalam mengelola emosi di momen-momen besar,” lanjut petenis asal Belarusia itu.
Baca Juga:
Bungkam Lois Boisson di Semifinal French Open 2025, Ini Kata Cori Gauff
Meski kecewa, Sabalenka tidak menutupi tekadnya untuk bangkit. Ia menyebut kekalahan ini sebagai momen yang harus direnungi, bukan dihindari. Dalam waktu dekat, ia berencana rehat sejenak dari dunia tenis.
“Saya akan pergi ke Yunani, minum tequila, makan gummy bears, dan berenang. Saya butuh waktu untuk melihat semuanya dari sudut pandang berbeda,” ujarnya.
Sabalenka juga menyadari bahwa kekalahan dari Gauff di final Grand Slam bukan yang pertama. Sebelumnya, ia juga takluk di final US Open 2023.
Kini, ia merasa harus lebih mempersiapkan aspek emosional dan psikologis dalam menghadapi lawan yang sama di momen-momen krusial.
Ironisnya, sebelum pertandingan final, Sabalenka tampil nyaris sempurna. Ia hanya kehilangan satu set sepanjang turnamen, yakni di semifinal saat menumbangkan juara bertahan Iga Swiatek.
Ia juga menyingkirkan nama-nama besar seperti Zheng Qinwen dan Amanda Anisimova, membuat publik berharap banyak padanya di laga puncak.
“Saya melawan juara Olimpiade, mengalahkan Iga, bermain dengan sangat baik. Tapi semua itu terasa hilang di pertandingan terakhir. Sangat menyakitkan,” tukasnya.
(Budis)