JAKARTA,TM.ID: 97 persen lapangan kerja di Indonesia diserap oleh UMKM, Namun, produk UMKM masih sulit bersaing di pasar global. Demikian di sampaikan, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Lebih lanjut Teten menjelaskan UMKM Indonesia sulit bersaing karena diproduksi dengan alat-alat sederhana serta model bisnisnya juga bisnis model masih sederhana.
BACA JUGA : Pentingnya Pengaturan Social Commerce untuk Mendukung UMKM
“UMKM kita masih skalanya ekonomi subsisten, skala untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, tidak produktif. Produknya juga masih belum punya daya saing, apalagi daya saing global,” kata Teten di acara Indonesia Digital MeetUp 2023, Kamis (5/10/2023).
Ia mengatakan . Jika kondisi itu tidak diperbaiki, maka UMKM akan mengalami stagnasi market dan pasar dalam negeri akan diserbu produk-produk impor.
“Dan kita kaget-kaget kalau kemudian kita tidak bisa bersaing dengan produk-produk yang masuk lewat platform global maupun juga lewat perdagangan biasa,” imbuh Teten.
Lebih lanjut, Teten mengatakan UMKM Indonesia bukannya tidak mau beradaptasi dengan perdagangan digital. Sebanyak 22 juta UMKM disebut telah berdagang online, tetapi tetap sulit bersaing karena masuknya barang impor yang sangat murah.
Karenanya, Teten, meminta agar pedagang lokal tidak disalahkan.
“Pasar seperti Tanah Abang bahkan pasar becek yang jualan sayur, jualan sembako, sudah online. Jadi jangan salahkan mereka belum shifting (ke online). Mereka sudah shifting,” katanya.
Ia menduga ada dua cara produk impor murah bisa masuk ke pasar dalam negeri.
2 cara produk impor masuk dengan mudah:
- Pertama karena praktek dumping yakni mengekspor barang dari negara asalnya untuk dijual ke Indonesia dengan harga lebih murah untuk menguasai pasar.
- Kedua, barang impor bisa masuk melalui jalur tak resmi. Teten mengatakan hal tersebut terlihat dari data Menteri Keuangan Sri Mulyani yang mengatakan ada impor dari China yang tak tercatat.
“Berarti ada yang lewat jalur ilegal. Ini yang mau kita benahi,” katanya
(Usamah)