BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) merupakan salah satu ikon hiburan yang mewarnai dunia pertunjukan di Indonesia.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, nama besar OCI kembali mencuat ke permukaan bukan karena prestasi atau penampilannya, melainkan karena isu pelanggaran hak asasi manusia yang menyeret nama besar Taman Safari Indonesia.
Sejarah Sirkus OCI Taman Safari
Oriental Circus Indonesia atau OCI didirikan sekitar tahun 1967 oleh keluarga Tan Nio, yang merupakan pelaku seni pertunjukan keliling. Sirkus ini hadir di masa ketika masyarakat Indonesia masih minim hiburan modern, dan sirkus menjadi tontonan spektakuler yang anak-anak hingga orang dewasa gemari.
Pertunjukan OCI terkenal dengan atraksi sirkus tradisional, seperti akrobat, pertunjukan hewan, badut, hingga aksi ekstrem yang mengundang decak kagum. Saat itu, OCI menjadi satu dari sedikit sirkus yang memiliki struktur organisasi profesional dan mampu berkeliling dari kota ke kota di seluruh Indonesia.
Kolaborasi dengan Taman Safari Indonesia
Pada era 1990-an hingga awal 2000-an, Oriental Circus Indonesia menjalin kerja sama dengan Taman Safari Indonesia (TSI). Kolaborasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah sirkus OCI Taman Safari, karena OCI kemudian menjadi bagian dari hiburan utama yang tampil dalam kawasan Taman Safari.
Dengan dukungan fasilitas TSI, pertunjukan OCI berkembang lebih besar dan modern. Mereka mulai menggunakan teknologi pencahayaan dan suara canggih, serta memperkenalkan pertunjukan bertema yang menarik.
Tak hanya itu, kerja sama ini juga membuka kesempatan lebih luas bagi OCI untuk tampil di berbagai event nasional maupun internasional.
Namun, di balik kemegahan panggung dan tawa penonton, terdapat sisi gelap yang mulai terungkap belakangan ini. Mantan pemain dan kru sirkus OCI mulai angkat bicara mengenai praktik-praktik tidak manusiawi yang mereka alami selama bertahun-tahun bekerja di balik layar pertunjukan megah tersebut.
Isu Pelanggaran Hak Pekerja
Isu pelanggaran hak pekerja sirkus mulai ramai diperbincangkan publik sejak tahun 2023, setelah beberapa korban mempublikasikan kesaksian mereka mengenai penyiksaan fisik, eksploitasi kerja, hingga kekerasan psikologis yang terjadi dalam sistem kerja sirkus OCI.
Puncaknya terjadi pada awal 2025, saat laporan investigasi media mengungkap adanya mantan pemain sirkus yang mengaku menjadi korban eksploitasi sejak usia anak-anak.
Mereka menceritakan bagaimana mereka dipaksa tampil berulang kali, tidak mendapatkan akses pendidikan yang layak, dan hidup dalam pengawasan ketat yang membatasi kebebasan pribadi.
Hal ini tentu memicu kemarahan publik dan dorongan bagi pihak berwenang untuk menyelidiki lebih dalam. Nama Taman Safari Indonesia pun ikut terseret, karena disebut sebagai institusi yang pernah bekerja sama erat dengan OCI.
Namun, pihak TSI menegaskan bahwa kerja sama tersebut sudah lama berakhir dan mereka enggan dikaitkan dengan permasalahan internal OCI.
Tanggapan Taman Safari
Dalam sejumlah pernyataan resmi, Taman Safari Indonesia menegaskan bahwa mereka sudah tidak memiliki hubungan dengan Oriental Circus Indonesia sejak beberapa tahun lalu.
TSI juga menyatakan komitmen mereka terhadap prinsip perlindungan hak anak dan pekerja, serta menjamin bahwa seluruh aktivitas di lingkungan TSI kini dijalankan secara profesional dan beretika.
BACA JUGA:
Disorot Dugaan Eksploitasi, Siapa Pemilik Taman Safari Indonesia?
Dugaan Eksploitasi Sirkus OCI, Legislator Minta Polisi Usut!
Sementara itu, sejumlah korban dari mantan pemain OCI telah menempuh jalur hukum untuk menuntut keadilan atas apa yang mereka alami.
Lembaga bantuan hukum dan organisasi perlindungan anak turut memberikan dukungan moral dan hukum agar kasus ini dapat diusut secara tuntas.
Jadi itu merupakan sejarah tentang sirkus OCI Taman Safari.
(Kaje)