TEL AVIV,TM.ID: Pengumuman blokade total di Jalur Gaza diumumkan oleh otoritas Israel. Mereka mengatakan wilayah itu sudah terkepung, Senin (9/10). Kelakukan Israel mengepung total wilayan itu, hingga melarang masuknya makanan dan air.
Israel melakukan itu usai militan Hamas menyerang dalam skala besar terhadap wilayah Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant mengatakan pihak berwenang bakalan memutus aliran listrik dan memblokir masuknya makanan dan bahan bakar, sebagai bagian dari pengepungan total di Gaza yang dikuasai Hamas.
“Kami melakukan pengepungan total terhadap Gaza. Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas, semuanya ditutup,” begitu kata Gallant dalam sebuah pernyataan video, Senin, dikutip dari Al Jazeera.
Alasan Israel melakukan pengepungan dan menekan Palestina, termasuk memutus saluran listrik, karena segala sesuatu yang dihasilkan berasal dari satu-satunya pembangkit listrik yang ditenagai oleh diesel Israel.
Israel juga membatasi impor bahan apa pun yang dianggap, penggunaan ganda meliputi bahan bangunan, peralatan pertanian, dan obat-obatan, yang menurut warga Gaza sangat penting untuk membangun kembali kehidupan mereka.
BACA JUGA: AHY Soroti Konflik Palestina-Israel Meningkat, Peran Indonesia dan Jangan Abaikan Akar Masalah
Alasannya karena mereka mengatakan berbagai barang dan orang-orang itu bisa digunakan untuk membantu pemberontakan Hamas.
Sementara itu, jumlah orang yang diizinkan masuk dan keluar telah berkurang.
Pada tahun lalu, Israel memberikan 20.000 izin kepada warga Gaza bisa melintasi perbatasan untuk bekerja.
“Saya pikir tidak ada orang yang berpikiran sehat akan berpikir bahwa Israel harus memasok listrik dan bahan bakar ke Gaza saat ini, ketika listrik dan bahan bakar tersebut hanya akan digunakan oleh orang-orang biadab mereka untuk merencanakan serangan terhadap Israel,” kata juru bicara IDF, Spielman, seperti dikutip dari NBC News, Selasa (10/10/2023).
Menurut warga Palestina yang tinggal di Gaza menyampaikan, kalau mereka yakin hal tersebut akan memperburuk situasi mereka yang saat ini sudah buruk.
“Berapa hari lagi warga Gaza dan organisasi kemanusiaan internasional akan mampu menanggung hancurnya layanan ini?” ungkap Adnan Abu Hasna, warga yang tinggal di Jalur Gaza dan bekerja sebagai penasihat media di UNRWA.