JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Arus masuk investor asal China ke Indonesia terus meningkat tajam. Banyak perusahaan China dikabarkan berupaya memindahkan operasi atau membuka basis produksi baru di Indonesia.
Tren ini terungkap dalam laporan Reuters bertajuk “Chinese Investors Eyeing Indonesia to Avoid US Tariffs, Tap Local Market” yang dirilis Kamis (14/8/2025). Laporan itu menyebut, Langkah terebut diambil untuk menghindari beban tarif tinggi dari Amerika Serikat, sekaligus memanfaatkan pasar domestik Indonesia yang besar dan terus berkembang.
Pendiri PT Yard Zeal Indonesia, Gao, menceritakan bagaimana aktivitas industrinya kini meningkat pesat. Perusahaan yang ia bangun pada 2021 hanya memiliki empat pekerja, namun kini sudah berkembang lebih dari sepuluh kali lipat.
“Sekarang hampir setiap hari penuh rapat dari pagi sampai malam. Kawasan industri juga semakin ramai,” ujarnya, melansir CNBC, Minggu (17/8/2025).
Daya tarik Indonesia semakin kuat seiring pertumbuhan ekonomi yang menembus 5,12% pada kuartal kedua 2025—tertinggi dalam dua tahun terakhir. Kondisi ini membuat sejumlah produsen asal Negeri Tirai Bambu yakin bahwa Indonesia bisa menjadi pintu masuk dominan di Asia Tenggara.
“Jika perusahaan Anda sudah punya pijakan di Indonesia, itu berarti Anda menguasai setengah pasar Asia Tenggara,” kata Zhang Chao, produsen lampu motor asal China yang kini menjajaki pasar Indonesia.
Sementara itu, Mira Arifin, Country Head Bank of America untuk Indonesia, menegaskan bahwa Indonesia menawarkan kombinasi menarik yakni pasar besar, tenaga kerja muda, dan dinamika ekonomi yang positif.
“Sinergi dengan perusahaan China terbuka lebar, dan keyakinan investor untuk menanamkan modal di sini cukup tinggi,” jelasnya.
Baca Juga:
Pemerintah Tambah Kuota Rumah Subsidi Khusus Buruh, Jadi 50 Ribu Unit!
Malaysia Dukung Penuh Pembukaan Kembali Bandara Husein, Siap Fasilitasi Maskapai dan Investor
Hubungan diplomatik kedua negara juga semakin erat. Presiden Prabowo Subianto tahun lalu bertemu Presiden Xi Jinping di Beijing, lalu menjamu Perdana Menteri Li Qiang di Jakarta pada Mei 2025. Upaya ini memperkuat keyakinan investor terhadap stabilitas kerja sama bilateral.
Kementerian Investasi mencatat, realisasi investasi dari China dan Hong Kong mencapai US$ 8,2 miliar (sekitar Rp 131 triliun) sepanjang semester pertama 2025, naik 6,5% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara total penanaman modal asing tumbuh 2,58% menjadi Rp 432,6 triliun.
Namun, sejumlah hambatan masih menjadi sorotan investor, seperti birokrasi yang rumit, keterbatasan infrastruktur, serta kepastian hukum kepemilikan. Selain itu, kebijakan fiskal pemerintah di bawah Prabowo—termasuk program makanan gratis bagi anak sekolah dan ibu hamil—dipandang sebagian investor berpotensi membebani anggaran negara.
Meski rupiah sempat terpuruk pada Maret 2025 hingga menyentuh titik terendah sejak 1998, mata uang nasional kini kembali stabil, hanya 1% di bawah posisi akhir tahun lalu.
Minat investor China terlihat jelas di kawasan industri Jawa Barat, khususnya Subang Smartpolitan seluas 2.700 hektare. “Email dan telepon kami terus dibanjiri calon klien dari China. Mereka mencari lahan pabrik hingga fasilitas siap pakai,” ungkap Abednego Purnomo, VP Marketing Suryacipta Swadaya, pengelola kawasan tersebut.
Hal senada diungkapkan Rivan Munansa dari Colliers International Indonesia. Menurutnya, permintaan lahan industri dari perusahaan China datang hampir setiap hari.
“Mereka cenderung mencari opsi cepat, bangunan yang bisa langsung dipakai tanpa harus menunggu lama,” kata Rivan.
(Dist)