BANDUNG,TM.ID: Perusahaan multinasional, Unilever tengah menjadi perbincangan publik, yang dianggap berafiliasi dengan Israel.
Tak ayal, seruan boikot produk yang terafiliasi dengan Israel digaungkan di dunia maya hingga di muka umum, termasuk Unilever.
Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) merilis fatwa Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina.
“Umat Islam diimbau untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang terafilitasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme,” kata Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Niam Sholeh, dalam laman MUI RI.
BACA JUGA: Dampak Produk Lokal Indonesia Buntut Fatwa MUI Boikot Produk Pro Israel
Sejarah Unilever Sebelum Diterpa Boikot Produk Terafiliasi Israel
Unilever, sebagai salah satu perusahaan kembar terkemuka di dunia, memiliki akar sejarah yang kuat dan mencengangkan. Terbentuk dari merger Unilever PLC dan Unilever NV, perusahaan ini tidak hanya menjadi pemain utama dalam bidang manufaktur, tetapi juga memiliki pengaruh signifikan di berbagai sektor, termasuk sabun, makanan, dan produk konsumsi rumah tangga lainnya.
Sejarah Unilever dimulai pada abad ke-19, ketika keluarga Gebroeders Jurgens di Belanda, yang telah berkecimpung dalam bisnis susu selama setengah abad, menjalin kemitraan dengan dua bersaudara, Anton dan Johannes, pada tahun 1854.
Kerjasama ini membawa fokus pada ekspor mentega ke Inggris, tetapi melalui perjalanan yang menarik, perusahaan ini kemudian mulai memproduksi margarin pada tahun 1871.
Sementara itu, keluarga Van den Berghs di Oss, Belanda, juga memasuki bisnis mentega dan margarin, membentuk fondasi ketiga untuk apa yang kemudian menjadi Unilever.
Pada 1885, Viscount Leverhulme bersama saudaranya, James Darcy Lever, mendirikan Lever Brothers di Inggris, sebuah langkah awal untuk memproduksi dan menjual sabun. Mereka bahkan menjadi pelopor dengan memasarkan sabun batangan melalui kampanye iklan yang dinamis.
Merger dan Penggabungan
Pada 1927, dua perusahaan Belanda, Jurgens dan Van den Berghs, bersatu dan membentuk Margarine Unie NV di Belanda dan Margarine Union Limited di Inggris. Melalui perjalanan ini, pada akhir 1929, Lever Brothers juga bergabung, membentuk Unilever.
Sejak itu, perusahaan terus berkembang, melakukan ekspansi bisnis ke seluruh Eropa dan menjelma menjadi kekuatan global.
Usai Perang Dunia II, Unilever menambah lini produk dengan memasuki produksi deterjen dan produk sintetis. Pada 1989, dengan akuisisi Calvin Klein Inc, Feberge Inc, dan Elizabeth Arden, Unilever juga memasuki industri parfum dan kosmetik.
Kemudian, pada 1997, fokus perusahaan beralih ke lini konsumen dan rumah tangga dengan menjual bisnis bahan kimia khusus.
Melansir Unilever Indonesia, awal berdiri di tanah air pada 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. Pada 1980, perusahaan mengubah namanya menjadi PT Unilever Indonesia, dan dua tahun kemudian, pada 1982, berhasil go public dengan kode saham UNVR.
Sejak itu, PT Unilever Indonesia Tbk. telah menjalin kemitraan dengan perusahaan lokal dan memperkenalkan berbagai produk konsumsi rumah tangga.
(Saepul/Budis)