BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Simak ulasan mengenai pertunjukan wayang yang sejak lama selalu dimainkan pada malam hari.
Pertunjukan seni wayang merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia yang sarat akan makna dan sejarah.
Menurut tradisi, pertunjukan wayang tidak lazim digelar pada siang hari karena didasari kepercayaan bahwa saat tengah malam adalah waktu di mana roh-roh berkelana dan mengembara.
Tempat pertunjukan wayang biasanya terpilih secara khusus, seringkali berlokasi di tempat yang angker, wingit, atau sakral.
Mengutip dari UNM Online Journal System, menurut Mulyono (dalam Sujamto 1992), pertunjukan wayang setidaknya terpengaruh oleh pertunjukan tonil India Purba yang disebut Chayanataka.
Wayang yang merupakan ciptaan asli masyarakat Jawa, telah ada sejak tahun 1500 SM atau pada zaman neolitikum, jauh sebelum kedatangan orang-orang Hindu ke Indonesia.
Wayang dalam bentuk yang sangat sederhana sudah ada di Indonesia dan tercipta oleh bangsa asli Jawa. Hal ini untuk keperluan upacara religius atau kepercayaan.
Wayang bisanya dimainkan pada malam hari dengan tujuan menjalin hubungan dengan roh nenek moyang. Karena malam sebagai waktu yang paling tepat untuk bersembahyang kepada Tuhan Yang Maha Esa.
BACA JUGA : Pupuh Asmarandana: Warisan Sastra Sunda yang Sarat Makna
Wayang berasal dari bangsa Indonesia asli Jawa, dan terus berkembang dengan inti dan fungsinya yang selalu dipertahankan.
Wayang tidak hanya sebagai seni pertunjukan, tetapi juga menjadi cerminan kekayaan budaya. Agar sejarah Indonesia yang terus hidup dan berkembang hingga saat ini.
Jenis Wayang
Seni wayang kian berkembang. Di tanah Jawa masa kini setidaknya dikenal beragam jenis wayang.
Berikut 10 Jenis wayang yang berkembang di berbagai daerah:
- Wayang purwa.
- Wayang golek.
- Wayang krucil.
- Wayang beber.
- Wayang gedog.
- Wayang suluh.
- Wayang potehi.
(Hafidah Rismayanti/Aak)