BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Video promosi bertajuk “Pahlawan Masa Kini” yang dirilis Divisi Humas Polri dalam rangka Hari Bhayangkara ke-79 semakin memanas. Polemik ini berkembang ke arah yang tak terduga setelah seorang pengguna media sosial membuat pengakuan mengejutkan soal keterlibatannya dalam proses produksi.
Sebelumnya, video ini telah menuai banyak kritik dari publik lantaran dinilai kurang memuaskan secara visual dan dianggap kehilangan unsur keaslian karena menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI).
Namun, dinamika perbincangan berubah saat akun X bernama @budibukanincel mengklaim video tersebut merupakan hasil karyanya.
Melalui unggahan yang dibuat pada (23/6/2025), pengguna akun itu menyebut dirinya sebagai seorang magang yang tidak digaji di lingkungan Mabes Polri.
“I’m an unpaid intern from Mabes Polri, Jakarta and this is my art,” tulisnya.
Pernyataan tersebut sontak menyedot perhatian publik karena menyinggung isu yang lebih dalam, profesionalisme dan tata kelola anggaran di institusi sebesar Polri. Perdebatan yang sebelumnya berfokus pada kualitas konten kini meluas ke soal transparansi proses produksi dan etika kerja di balik layar.
Sebagai informasi, video “Pahlawan Masa Kini” sejatinya bertujuan menampilkan citra polisi sebagai figur heroik di era modern, dengan pendekatan visual futuristik. Melalui gambaran seperti polisi bersayap, penyelamat banjir, hingga penjaga ruang digital, kampanye ini diharapkan mampu memperkuat persepsi masyarakat terhadap peran strategis kepolisian sebagai pelindung publik.
Menanggapi situasi yang semakin kompleks, Mabes Polri akhirnya memberikan klarifikasi. Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Sandi Nugroho, membantah bahwa video yang beredar di media sosial tersebut merupakan hasil karya dari anak magang.
“Bukan (anak magang). Enggak ada,” jawab Sandi saat ditanya di Hotel Gran Mahakam, Senin siang.
Namun, pernyataan tersebut belum cukup meredakan kecurigaan publik.
Kritik terhadap video juga datang dari fitur Community Notes dan Grok, kecerdasan buatan milik Elon Musk.
Community Notes menambahkan catatan yang menyebutkan bahwa narasi dalam video tidak sejalan dengan kenyataan kasus kekerasan yang melibatkan aparat.
Grok pun menilai video ini dari berbagai aspek. Secara teknis, visual AI dengan sayap bercahaya memang menarik, namun justru berisiko dianggap tidak autentik dan cepat dilupakan.
Dari sisi etika, Grok menilai narasi dalam video bertentangan dengan laporan publik terkait korupsi dan kekerasan aparat.
Sementara itu, di tataran realitas lapangan, Grok menyoroti adanya jurang lebar antara citra heroik yang ditampilkan dalam video dan kondisi faktual yang dihadapi masyarakat, sehingga memicu sikap skeptis dari publik.
Baca Juga:
Viral Video Polisi Thailand Selamatkan WNI yang Disekap, Ini Kata Hubinter Polri
Tak butuh waktu lama, kampanye yang awalnya dimaksudkan sebagai penguatan citra institusi justru berbalik arah menjadi bumerang digital.
Sorotan tajam dari kecerdasan buatan dan reaksi publik yang masif menjadi pengingat kuat di era informasi saat ini, narasi yang dibangun tanpa pijakan pada kenyataan akan mudah runtuh di hadapan publik yang semakin kritis.
(Virdiya/Budis)