BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Hari Ular Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 16 Juli, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan lebih dari 3.500 spesies ular yang ada di seluruh dunia.
Reptil yang menarik ini seringkali tidak mendapatkan pengakuan yang layak mereka dapatkan hanya karena reputasi buruk yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun. Misalnya, teman yang berkhianat dikenal sebagai ‘ular’.
Hari ini bertujuan untuk mengubah persepsi negatif seputar ular dan meningkatkan rasa cinta kasih kepada semua makhluk hidup bahkan yang kita takuti.
Sejarah Hari Ular Sedunia
National Today mencatat, kata ‘snake’ dalam bahasa Inggris berasal dari kata Inggris Kuno ‘snaca’. Reptil ini diperkirakan berasal dari kadal darat yang hidup sekitar 174,1 juta hingga 163,5 juta tahun yang lalu.
Faktanya, Eophis underwoodi, fosil ular tertua, hidup di Inggris sekitar 167 juta tahun yang lalu. Namun, bahkan sebelum para peneliti mempelajari berbagai spesies ular, reptil ini telah disebutkan dalam mitologi kuno dan juga merupakan bagian integral dari berbagai agama.
Misalnya, dalam Alkitab, Setan menjelma menjadi seekor ular yang hidup di Taman Eden. Berkat ular itulah Hawa memakan apel terlarang dan diusir.
Menurut mitologi Irlandia, pada abad ke-5, Santo Patrick pergi ke puncak bukit tempat ia berpuasa selama 40 hari. Selama masa itu, ia diserang ular.
Untuk melindungi dirinya, ia mengayunkan tongkatnya dan mengusir semua ular Irlandia ke laut. Inilah sebabnya, bahkan hingga saat ini, Irlandia masih bebas dari ular.
Baca Juga:
Dalam legenda lain, orang Tiongkok percaya bahwa pernah ada seekor iblis ular betina putih yang tinggal di bawah air.
Menurut mitos Tiongkok kuno, iblis tersebut menjelma menjadi manusia ketika ia jatuh cinta pada seorang manusia, dan keduanya kemudian menikah dan melahirkan seorang anak laki-laki.
Kejutan dalam cerita ini adalah identitas iblis tersebut terungkap oleh biksu Buddha, Fahai. Biksu tersebut kemudian menjebak iblis ular tersebut di bawah pagoda tepi danau miliknya.
Cerita rakyat seperti ini sering kali menggambarkan ular dalam sudut pandang negatif dan mungkin menjadi penyebab penggambaran ular sebagai makhluk jahat.
(Anisa Kholifatul Jannah)