BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di balik gemerlap prestasi dan medali, ada sisi lain dari seorang atlet yang jarang terlihat, pertarungan diam-diam melawan penyakit yang tak kasat mata.
Itulah kenyataan yang tengah dihadapi bintang bulu tangkis Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung.
Nama Gregoria sempat menghilang dari daftar peserta turnamen bulu tangkis internasional selama beberapa bulan terakhir.
Tak sedikit yang bertanya-tanya, apa yang terjadi? Kini, jawaban itu muncul, bukan cedera otot atau ligamen, melainkan vertigo dan migrain hebat yang membuatnya tak mampu berdiri tegak, bahkan untuk sekadar beraktivitas normal.
Lewat unggahan di Instagram, Gregoria mengungkap bagaimana sejak akhir Maret 2025 ia mengalami serangan vertigo mendadak selama 4–5 jam.
Ia kehilangan keseimbangan, muntah-muntah, dan bahkan dua kali harus dilarikan dengan ambulans. Tak hanya tubuh, mentalnya pun goyah.
“Saya sempat berpikir ini hanya karena stres,” tulisnya.
Tapi saat gejala tak kunjung mereda, Gregoria pun menjalani rangkaian pemeriksaan mulai dari MRI otak hingga leher rahim. Hasilnya memang tak menunjukkan kelainan, namun penyebab pasti tetap belum bisa dipastikan.
“Vertigo itu kompleks, bisa datang dari berbagai sumber,” ujar tim dokternya.
Karena itu, ia kini fokus pada fisioterapi dan pemulihan bertahap, meski sempat harus mundur lagi karena gejala kembali muncul saat mulai latihan ringan.
Situasi ini membuatnya harus mundur dari ajang-ajang besar, termasuk Piala Sudirman dan beberapa turnamen BWF, padahal performa Gregoria tengah berada di puncaknya.
Baca Juga: Gregoria Mariska Dinyatakan Bakal Tampil Memukau di Olimpiade Paris 2024
Tahun 2023 dan awal 2024 adalah masa keemasan, juara Spain Masters, Japan Masters, dan peringkat 10 besar dunia, prestasi yang sudah lama dirindukan tunggal putri Indonesia.
Bahkan di Olimpiade Paris 2024, ia menorehkan sejarah dengan meraih medali perunggu, mengalahkan sejumlah nama besar sebelum akhirnya dihentikan Carolina Marin.
Kini, di tengah ketidakpastian, Gregoria memilih untuk terus berjuang. Bukan lagi demi trofi, melainkan demi bisa berdiri tegak tanpa rasa pusing yang melumpuhkan.
Bukan soal menang atau kalah, tapi bertahan dan pulih. Karena bagi seorang atlet, tak semua pertarungan terjadi di arena pertandingan.
(Budis)