BANDUNG,TM.ID: GOR Saparua Bandung yang terletak di Jalan Ambon, Bandung, Jawa Barat, adalah sebuah situs cagar budaya yang memiliki peran penting dalam sejarah musik cadas. Selain sebagi salah satu tempat jogging di Bandung, gedung ini juga menjadi tempat bersejarah bagi banyak band ternama seperti Koil, /rif, Burgerkill, Seringai, Jasad, dan lainnya.
Film dokumenter “Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua” menjadi salah satu bukti kehadiran dan warisan penting dari gedung ini. Peran GOR Saparua Bandung menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan musik cadas dan kehidupan anak muda Bandung.
Sejarah Awal dan Perkembangan
GOR Saparua Bandung berawal dari sebuah lapangan olahraga umum pertama di Bandung dengan nama NIAU (Nederlands Indie Athletiek Unie) pada tahun 1910. Lapangan tersebut untuk berlatih atletik, cricket, baseball, dan senam massal.
Pada tahun 1920-an, lapangan ini menjadi tempat bermain anak-anak sebagai area tambahan untuk pelaksanaan Jaarbeurs (pasar tahunan) yang berlangsung setiap Juni-Juli.
Di sini, terdapat panggung tempat berlangsungnya Krontjong Concours, sebuah lomba menyanyi. Ini menjadi tempat bertemunya Ismail Marzuki dan calon istrinya, Euis Zuraidah, seorang penyanyi keroncong yang pernah memenangkan event Krontjong Concours.
Transformasi Bangunan Menjadi GOR Saparua Bandung
Pada tahun 1961, GOR Saparua Bandung dibangun sebagai tambahan fasilitas untuk penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) di Jawa Barat. Awalnya, GOR ini untuk olahraga bulutangkis, basket, dan voli. Saat pembangunan, arsitekturnya mengadopsi gaya jengki, gaya arsitektur khas Indonesia pengaruh dari gaya Amerika era 1950-1970-an. Namun, seiring waktu, gaya arsitektur ini mengalami perubahan menjadi gaya arsitektur modern yang lebih umum.
BACA JUGA: 5 Tempat Jogging Bandung Paling Hits!
Peran GOR Saparua Bandung dalam Musik Cadas dan Kegiatan Seni
Mulai tahun 1980-an, GOR Saparua Bandung menjadi tempat penting bagi berbagai pertunjukan kesenian, termasuk konser band pop dan pembacaan puisi oleh WS Rendra. Pada pertengahan 1990-an, gedung ini membuka lembaran baru di bidang musik underground di Bandung.
GOR Saparua Bandung menjadi panggung bagi festival band-band independen dari berbagai aliran musik seperti punk, hardcore, grindcore, ska, hingga black metal. Pertunjukan band black metal bahkan sering kali disertai dengan prosesi ritual pemanggilan arwah yang mencekam suasana. Beberapa band dari Ujungberung, seperti Sacriligious, sering melakukan atraksi panggung seperti ini.
Album Legendaris dan Film Dokumenter
Selama pergerakan musik cadas di GOR Saparua Bandung, lahir beberapa album legendaris, salah satunya adalah album kompilasi “Bandung’s Burning Vol 1”. Riotic Records merilis album ini dalam bentuk rekaman kaset. Album ini menjadi bukti penting dari peran GOR Saparua dalam menghasilkan musik-musik cadas yang menggema hingga kini.
Perjalanan musik cadas bersejarah ini kemudian diabadikan dalam film dokumenter “Gelora: Magnumentary of Gedung Saparua” dengan sutradaranya, Alvin Yunata. Film ini menyoroti perjalanan komunitas musik rock dan metal di GOR Saparua serta menunjukkan soliditas dan semangat kolektif anak muda Bandung dalam menciptakan sebuah industri musik yang besar.
(Kaje)