JAKARTA, TM.ID: Rupanya para pendiri ormas sayap Partai Golkar begitu ketakutan, ke depan Golkar akan menjadi partai gurem, sehingga begitu bersemangat untuk menurunkan Airlangga Hartarto dari kursi Ketua Umum.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri (SOKSI), Lawrence TP Siburian menjelaskan, beberapa survei menyebutkan bahwa Golkar akan turun ke posisi 4 atau 5. Dengan demikian posisi Golkar sebagai sala satu partai terbesar di tanah air ini, tidak mustahil akan melorot menjadi partai kelas menengah, dan bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi partai gurem.
“Pak Airlangga tidak apa-apa di kementerian. Memimpin (sebagai) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, tetapi Partai Golkar diserahkan kepada yang lebih mampu untuk menjaga dan mempertahankan paling tidak meningkatkan suara dari 14 persen naik,” tegas Lawrence, dikutip dari Antara, Kamis (13/7/2023).
BACA JUGA: Munaslub Golkar, 3 Ormas Minta Airlangga Mundur
Menurutnya, Airlangga bahkan tidak jelas akan dibawa ke arah mana partai Golkar dalam kancah politik di tanah air ini. Terlebih dikaitkan dengan Pemilu 2024, waktu pendaftaran bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) hanya tersisa waktu tiga bulan lagi.
Lebih parah lagi, tingkat keterpilihan atau elektabilitas Airlangga Hartarto pun hanya satu persen saja berdasarkan data-data survei. Juga soal perolehan suara Golkar yang hanya sebesar 14 persen.
Padahal, jika menghimpun kekuatan dengan partai lain di kancah Pilpres 2024, masih terbuka ruang koalisi dengan Partai Amanat Nasional (PAN) yang belum menentukan arah dukungannya.
Seandainya mau bergabung dengan PAN yang memiliki 7 persen kursi di Legislatif, maka kedua partai itu telah memenuhi presidential threshold yang minimal harus mengantongi 20 persen kursi sebagai syarat untuk mencalonkan capres dan cawapres.
BACA JUGA: Masuk Radar Cawapres, Ridwan Kamil Tegaskan Ikuti keputusan Golkar
Kendati demikian, sambung dia, koalisi kedua partai itu tetap tidak akan membawa kemenangan karena Airlangga Hartarto yang hanya memiliki elektabilitas capres sekitar satu persen saja.
“Tidak ada orang yang mau ikut pemilu capres-cawapres untuk kalah, semuanya mau menang. Oleh karena itu, kami melihat dampaknya kepada Partai Golkar nanti dalam pemilihan anggota legislatif,” jelasnya.
Lawrence menargetkan Golkar dapat mengisi 100 kursi di DPR RI. Lawrence mengaku sudah memiliki perhitungan dan analisis angka dari Sabang sampai Merauke.
“Nanti kenyataannya pada waktu pemilu yang akan datang. Tapi kami sudah tahu persis bahwa ini berbahaya. Karena apa? Setiap pemilih masuk ke ruang pemilihan yang pertama dia coblos ya capres dan cawapres dia, yang dia sukain. Baru, kedua, partai dari capres dan cawapres dia coblos,” ungkap Lawrence.
Itulah yang memantik dirinya mendorong Golkar agar melakukan musyawarah luar biasa (musnaslub) untuk menggantikan posisi Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum DPP Golkar.
BACA JUGA: Golkar-Demokrat Sepakat Konsep Pemilu Bukan The Winner Take It All
Lawrence berharap sosok tokoh pengganti Airlangga ke depan memiliki kemampuan untuk memimpin Golkar menghadapi Pemilu 2024. Sebab, sudah tiga tahun Golkar tidak melakukan manuver capres dan cawapres.
(Aziz/Aak)