JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) terus melemah di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah antara Iran dan Israel.
Melansir Trading Economics, nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.193,45 per USD atau mengalami apresiasi sekitar 0,31 persen secara harian (date to date/dtd) pada Selasa (15/4/2024).
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) Bank Indonesia (BI), Edi Susianto mengatakan, bahwa memanasnya situasi di Timur Tengah khususnya konflik Iran-Israel memperkuat sentimen risk off, sehingga mata uang EM khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD.
Eddy menyebut, selama periode libur Lebaran terdapat perkembangan global dimana rilis data fundamental Amerika Serikat semakin menunjukkan bahwa ekonomi negara itu cukup kuat, dengan data inflasi dan retail sales yang di atas ekspektasi pasar.
“DXY selama periode Libur Lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106 (bahkan per pagi ini sdh mencapai angka 106,3),” kata Eddy dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (16/4/2024).
Selama libur lebaran, kata dia, pasar NDF IDR di offshore juga sudah mencapai di atas 16.000, atau sudah di sekitar 16.100, sehingga Rupiah dibuka di sekitar angka tersebut.
Maka dari itu, lanjut Eddy, Bank Indonesia akan melakukan langkah- langkah yaitu dengan menjaga kestabilan Rupiah melalui menjaga keseimbangan supply-demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF.
BACA JUGA: Pengamat Sebut Potensi Perang Iran-Israel Ancam Ekonomi Dunia
“Meningkatkan daya tarik aset Rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI dan hedging cost, (serta) koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan Pemerintah, Pertamina dan lainnya,” ujar Edi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah akibat konflik Iran dan Israel masih lebih baik dibandingkan mata uang negara kawasan Asia Pasifik.
Sebelumnya, nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.060 per USD atau mengalami apresiasi 0,31 persen secara harian (date to date/dtd) pada Senin (15/4).
“Nilai tukar Rupiah lebih baik dibandingkan negara- negara lain seperti Korea, Filipina, dan Jepang,” kata Airlangga dalam keterangannya Selasa (16/4/2024).
Di sisi lain, mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik bergerak melemah terhadap US Dollar pada perdagangan Senin (15/4/2024).
Misalnya Baht Thailand dan Won Korea terdepresiasi sebesar 0,24 persen (dtd), dan Ringgit Malaysia sebesar 0,24 persen (dtd).
Mayoritas bursa di Asia Pasifik juga bergerak di zona merah. Pada Penutupan Pasar Senin (15/4/2024) indeks FKLCI Malaysia melemah 0,55 persen (dtd), diikuti Kospi sebesar 0,42 persen (dtd).
Airlangga mencatat, konflik Iran dan Israel mulai mempengaruhi harga minyak mentah global yang bergerak secara fluktuatif.
Pada perdagangan Senin (15/4/2024) harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18 persen (dtd) ke level 90,29 USD/Barel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 77,4 USD/Barel.
Di sisi lain, harga minyak mentah jenis WTI turun 0,28 persen ke level 85,42 USD/Barel. Angka ini lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar 71,65 USD/Barel.
Guna meredam dampak kenaikan harga minyak global akibat konflik geopolitik Iran dan Israel, Pemerintah terus mencermati kondisi APBN agar dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai shock absorber.
Koordinasi lebih lanjut akan dilakukan bersama otoritas moneter dan fiskal untuk menghasilkan bauran kebijakan dalam menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
(Dist)