BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Belakangan ini, fenomena fatherless menjadi topik hangat baik secara online di media sosial maupun offline di ruang diskusi publik. Keadaan fatherless adalah kondisi anak yang kekurangan kasih sayang dan kedekatan hubungan dari sosok ayah. Penyebabnya tidak hanya dari perceraian dan kematian, tetapi juga sosok ayah yang sibuk, dingin atau cuek, membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain atau sosok ayah yang mengabaikan perannya dalam mengasuh anak.
Berdasarkan data UNICEF dan BPS yang dikutip oleh beberapa sumber, terdapat 20,9% anak di Indonesia yang tumbuh tanpa sosok ayah sehingga mengalami fatherless. Fenomena ini tidak terlihat terlalu berbahaya tetapi dampaknya pada anak sangat serius. Kondisi ini berdampak pada pembentukan karakter khususnya dalam identitas diri, kedisiplinan, pengelolaan emosi, kepercayaan pada orang lain dan kepercayaan diri. Selain itu mudah terbawa arus pada kasih sayang dari seorang pria (bagi anak perempuan) hanya dengan janji manis dan tindakan kasih sayang sesaat.
Fatherless perlu diperhatikan lebih dalam karena ketidakhadiran ayah dapat meninggalkan luka mental atau emosional yang tidak terlihat yang membuat anak merasa kurang aman saat menjalin suatu hubungan baik itu pertemanan dan hubungan lainnya karena kurangnya rasa trust kepada orang lain. Hal ini mencerminkan dari sebuah perilaku sosok ayah dirumah yang hanya sekedar berucap tapi tidak ada aksi nyata.
Selain itu fatherless ini berkaitan juga dengan masalah sosial dimulai dari kenakalan remaja/dewasa, pergaulan bebas, penggunaan narkotika, bahkan kekerasan. Anak mencari sosok yang dapat melindungi dan memimpinnya tetapi karena tanpa adanya sosok ayah seringkali membawa mereka pada terjerumus ke lingkungan negatif. Anak kehilangan figure yang seharusnya menjadi panutan dalam hidup yang berhubungan dengan keberanian, ketegasan dan tanggungjawab dalam setiap hal.
Riset dari National Center for Fathering menunjukkan anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah memiliki resiko lebih tinggi mengalami depresi, rendah diri, dan kesulitan mengontrol emosi. Peran ayah memiliki ruang tersendiri dalam membentuk karakter dan keseimbangan emosional anak.
Fenomena fatherless seharusnya menjadi getaran bagi para ayah untuk hadir, tidak hanya sebagai pemberi nafkah saja, tetapi juga sebagai pendengar, pembimbing, dan teman diskusi anak. Bagi para ayah, kita perlu mendorong terciptanya ruang diskusi kepada anggota keluarga dan literasi pola asuh ayah terhadap anak secara inklusif. Kita perlu membangun stigma sosial bahwa kehadiran ayah bukanlah sebuah pilihan tetapi hak anak yang harus dipenuhi.
Baca Juga:
Peran Ayah dalam Kehidupan Anak, Berikan Tumbuh Kembang yang Baik?
Fatherless adalah masalah yang sedikit dibahas, tetapi dampaknya begitu nyata dalam membentuk masa depan bangsa. Anak yang lahir dari kehadiran ayah yang berperan akan menjadi generasi yang lebih percaya diri, stabil, dan tangguh dalam menghadapi tantangan kehidupan seiring berjalannya waktu.
Sekarang saatnya para ayah hadir bukan sekedar untuk memberikan sandang dan pangan, tetapi juga kehangatan, nilai, dan teladan dalam kehidupan anak-anak mereka. Karena, kehadiran seorang ayah adalah investasi terbaik bagi masa depan anak dan masa depan bangsa.
Penulis: Indah Sri Gustiani
Ilmu Komunikasi/Bhakti Kencana University