BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Persoalan sampah di Kota Bandung kembali jadi sorotan. Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menegaskan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung tengah berkejaran dengan waktu untuk memperkuat sistem pengelolaan sampah, menyusul rencana evaluasi ritase pembuangan ke TPA Sarimukti yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Saat ini, Pemkot Bandung baru mampu memilah, mengolah, memanfaatkan, dan memusnahkan sekitar 150 ton sampah per hari, atau baru 10 persen dari total produksi sampah kota.
Menurutnya, angka tersebut masih jauh dari ideal, oleh karena itu, pihaknya menargetkan pada akhir tahun 2025 kapasitas pengolahan bisa meningkat menjadi 20 persen.
Baca Juga:
Wakil Wali Kota Bandung Jamin Stabilitas Pasar Ciroyom Pasca Pemadaman Listrik
“Awal tahun depan ritase sampah yang bisa masuk ke Sarimukti dipastikan akan semakin berkurang. Kalau kita tidak siap, sampah bisa menumpuk di jalan. Karena itu, akselerasi pengolahan harus dilakukan sekarang,” kata Farhan, Jumat (26/9/2025).
Farhan menekankan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) harus kembali menjadi gerakan besar di masyarakat.
Farhan mengungkapkan, partisipasi warga terhadap program tersebut justru mengalami penurunan. Dari sekitar 400 RW yang dulu aktif menjalankan Kang Pisman, kini hanya tersisa 300 RW yang konsisten mengelola sampah secara mandiri.
Selain itu, status Kawasan Bebas Sampah (KBS) juga merosot. Padahal sebelumnya, banyak kawasan mampu mengolah minimal 30 persen sampah rumah tangganya. Kini, angka itu turun di bawah 30 persen.
“Kalau gerakan masyarakat melemah otomatis tekanan ke TPA makin besar karena itu kita harus kebut lagi supaya Kang Pisman bisa bangkit dan KBS kembali ke jalurnya,” tegasnya.
Selain Kang Pisman, Pemkot Bandung juga memperkuat Siskamling Siaga Bencana yang terintegrasi dengan isu lingkungan. Program ini diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran kolektif warga tentang pentingnya disiplin dalam memilah dan mengelola sampah sejak dari rumah.
“Masalah sampah ini bukan hanya soal teknis pengangkutan tapi soal kesadaran, kalau semua warga mau disiplin dampaknya bukan hanya lingkungan jadi bersih tapi juga Bandung lebih siap menghadapi risiko bencana yang dipicu oleh sampah,” ujarnya.
Farhan optimistis, dengan kolaborasi pemerintah, masyarakat dan berbagai komunitas peduli lingkungan target peningkatan pengolahan sampah hingga 20 persen bisa tercapai.
Farhan juga menekankan solusi sampah tidak bisa hanya bertumpu pada pemerintah melainkan harus menjadi gerakan kolektif warga Bandung.
“Kalau Kang Pisman kembali hidup di setiap RW saya yakin masalah sampah bisa kita kendalikan. Bandung akan jadi contoh kota besar yang mampu mengurangi ketergantungan pada TPA,” pungkasnya.
(Kyy/_Usk)