BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di balik keberhasilan seorang anak muda, sering kali tersimpan kisah penuh perjuangan yang tak banyak orang tahu. Itulah yang dialami oleh Margaret, siswi berprestasi asal Rote yang kini sukses lolos Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) kampus impian banyak orang.
Namun, jalan Margaret tak semulus cerita motivasi di media sosial. Justru, langkah awalnya diwarnai ejekan hingga keraguan dari orang-orang terdekat.
“Diomongin ulang-ulang ‘Gak bisa bayar uang sekolah tapi mau kuliah di UI’,” kata Margaret mengenang ucapan gurunya yang dulu pernah meremehkan cita-citanya.
Ia bahkan sempat menunggak uang sekolah dan terpukul dengan komentar sang guru.
Nyaris Batal Daftar SNBP
Komentar menyakitkan itu sempat membuat Margaret goyah.
Ia berniat mengubur dalam-dalam mimpinya untuk bisa kuliah di UI. Namun, dua hari sebelum penutupan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP), semangat Margaret tiba-tiba bangkit kembali.
“Jadi waktu itu hampir tidak daftar SNBP, h-2 penutupan jam 2 dini hari baru saya daftar,” ucapnya.
Hebatnya, Margaret hanya mendaftarkan satu pilihan kampus: UI. Tanpa backup plan, tanpa keraguan.
Tak ada yang tahu tentang keputusannya, bahkan keluarga pun tak diberi tahu.
“Tidak ada harapan untuk lolos, kalau teman tanya, saya jawab ‘sudah daftar’ saja, ditanya di mana saya diam saja. Kalau mama nanya saya juga diam saja,” ujar Margaret.
“Enggak ada yang tahu saya daftar SNBP,” imbuhnya.
Baca Juga:
Asal Viral atau Asal Benar?Etika Anak Muda di Era Konten Digital
Bukti Rekaman Viral, Bantahan Nathalie Holscher Soal Sindiran Kini Dipertanyakan
Margaret Lolos UI
Hari pengumuman pun tiba. Margaret hampir tak percaya ketika melihat namanya tertera sebagai mahasiswa baru Fakultas Psikologi UI.
Keluarganya pun ikut haru. Sang kakak bahkan langsung mencari cara untuk mengumpulkan biaya keberangkatan Margaret ke Jakarta.
“Kakaknya kerja hampir 24 jam setelah tahu Margaret diterima UI,” ujar Imam Santoso, menceritakan perjuangan keluarga.
Namun, perjuangan Margaret tak berhenti di situ. Setelah pengumuman, ia justru kembali mendapat komentar nyinyir kali ini datang dari tetangganya sendiri.
“Waktu lolos itu, setiap hari tetangga kalau ketemu saya diomongin terus ‘Ada anak pejabat PNS yang kuliah ke luar tapi kuliahnya tidak berhasil, hanya pulang bawa utang, jadi kita yang miskin ini jangan coba kuliah di Jawa’,” kata Margaret.
“Sempat dibilang juga ‘Miskin banyak gaya kuliah di Jawa’,” tambahnya.
Air mata pun tak terbendung. Margaret, orangtua, dan kakaknya menangis mendengar kalimat-kalimat yang merobek hati itu. Tapi, tekad Margaret jauh lebih kuat daripada omongan orang.
(Hafidah Rismayanti/Aak)