BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris Desra Percaya membeberkan, penyebab kerusuhan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir dan menargetkan komunitas minoritas Muslim di negara itu.
Menurut Desra, kelompok ekstrem sayap kanan Inggris yang memicu kerusuhan dengan menyebarkan rumor.
Kronologi
Kerusuhan Inggris terjadi akibat insiden penikaman massal kelas tari Taylor Swift di Southport, Merseyside, pada akhir Juli lalu. Insiden itu menewaskan tiga anak-anak dan melukai 10 orang lainnya.
Sampai saat ini, kepolisian telah menangkap pelaku namun menyembunyikan identitasnya. Kabarnya, pelaku merupakan remaja berusia 17 tahun.
“Pertama memang undang-undang di Inggris adalah tidak boleh mengeluarkan identitas anak karena pelakunya masih 17 tahun,” kata Desra.
Warga Inggris marah dengan tindakan ini. Puncak amarah warga terjadi saat rumor di media sosial menyebutkan jika pelaku penikaman merupakan imigran Muslim.
“Jadi dari situ ada kekosongan dan dimanfaatkan ekstrem kanan bahwa ini (pelaku) adalah Muslim dan imigran,” ujar Desra.
Narasi tersebut beredar luas di media sosial dan menyulut kemarahan warga.
“Dan faktanya salah. Bukan hanya misinformasi tapi disinformasi yang disengaja.” kata Desra
Bagaimana islamofobia di Inggris?
Mantan Direktur Jenderal Kawasan Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri RI itu juga merespons pertanyaan soal apakah Islamofobia di Inggris tinggi.
Di Inggris terdapat berbagai faktor yang memunculkan kembali Islamofobia.
“Pertama baru ada pergantian pemerintahan dari Konservatif ke Labour (Partai Buruh),” ungkap Desra.
Partai Konservatif memiliki haluan yang cenderung ke kanan, sementara Partai Buruh condong ke tengah dan kiri.
Dia juga menambahkan Inggris yang memutuskan keluar dari Uni Eropa dan perang Rusia-Ukraina turut menjadi faktor tersendiri. Dua hal ini membuat ekonomi Inggris lesu.
“Nah pada saat kesulitan ekonomi ini right wing [sayap kanan] populis menggunakan isu-isu Islamofobia dan anti imigran untuk menarik pemilih,” ucap Desra.
“Apalagi di sini baru terjadi pemilu dan yang mana pemenang pemilu Partai Buruh yang jelas tengah agak kiri,” imbuh dia.
Inggris juga kesulitan membatasi sejauh mana yang disebut kebebasan ekspresi. Kebebasan ekspresi yang ada di negara demokrasi terutama di Eropa kerap menjadi dua mata pisau.
Satu sisi berusaha menerapkan kebebasan di sisi lain bisa merugikan kelompok tertentu.
BACA JUGA: Penikaman Massal Terjadi di Kelas Tari Bertema Taylor Swift, 3 Anak Tewas!
Inggris bergejolak setelah massa melakukan protes hingga menyerang masjid menyusul penikaman massal di Southport.
Unjuk rasa lalu pecah di Southport. Mereka melempar batu-bata ke masjid. Protes kemudian meluas ke kota-kota lain seperti Liverpool hingga kota di Irlandia.
(Kaje/Budis)