JAKARTA,TM.ID: Duta Besar Palestina di Jakarta Zuhair Al Shun menilai PBB gagal total dalam menyelesaikan perang di Gaza. Ia menyebut, karena kendali Amerika Serikat terhadap PBB terkait perang yang telah terjadi sejak 7 Oktober itu.
“Bahkan, untuk mencapai regulasi dan peraturan mereka sendiri (PBB gagal total-red), Amerika mengendalikan PBB. Itu sebabnya tidak ada harapan dari PBB, kami mencari kepastian bahwa perubahan harus terjadi,” kata Zuhair pada peringatan “59 Tahun Gerakan Al Fatah”, di Kedutaan Besar Palestina, Jakarta Melansir rri, Sabtu (13/1/2024).
Zuhair menyayangkan, PBB yang seakan “absen” dalam menghentikan perang yang telah memasuki bulan ketiga itu. Menurutnya, PBB bahkan tidak bisa menghentikan agresi Israel yang brutal hingga hari ini.
“Sudah seharusnya menyamakan penderitaan sejak lebih dari 75 tahun, siapa yang menjadi korban dan Israel yang semakin melakukan agresi. Itu sebabnya saya bertanya mengapa PBB menurut aturan untuk membantu masyarakat dan memecahkan masalah di seluruh dunia,” ujarnya.
“Tapi, kenapa di Palestina mereka tidak ada? Ini adalah kebijakan Amerika yang mengendalikan PBB.”
Ia pun menyinggung PBB yang seakan tidak bisa mengimplementasikan Resolusi 181, untuk pembagian wilayah bagi Israel dan Palestina. “Namun, Israel terus menerus melakukan lebih banyak agresi dan tidak adanya PBB,” ucap Zuhair.
Mendesak Komunitas Internasional
Selain mendesak komunitas internasional lebih bergerak memaksa para pemimpin mengambil tindakan terhadap Israel. Zuhair juga mendorong pentingnya dunia melakukan isolasi terhadap Israel.
“Tidak membukakan bagi mereka pintu-pintu, gerbang-gerbang, Israel adalah pembunuh dan mereka bekerja melawan perdamaian. Apa yang terjadi sekarang di Gaza, Tepi Barat, Yerusalem, tanah suci Palestina,” kata Dubes Palestina di Jakarta.
Indonesi Berpihak pada Kemerekaan Rakyat Palestina
Sementara, Indonesia akan terus berpihak pada kemerdekaan rakyat Palestina dengan menekankan tiga hal. Di antaranya menghentikan seluruh bentuk kekerasan dan memberikan izin bantuan kemanusiaan untuk masuk ke Gaza diikuti gencatan senjata permanen.
“Ketiga adalah saatnya memanfaatkan perundingan perdamaian dan mengatasi akar permasalahan Palestina, bagaimana memperoleh kemerdekaan berdasarkan dua solusi. Dengan Yerusalem Timur menjadi ibu kotanya dengan mengacu pada semua parameter internasional,” kata Direktur Timur Tengah Kementerian Luar Negeri, Bagus Hendraning Kobarsyih dalam kesempatan yang sama.
Perang Palestina-Israel sejak 7 Oktober menyebar ke wilayah lain Gaza, seperti di Rafah. Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi 135 warga Palestina telah dibunuh dan 312 lainnya luka-luka dalam serangan, Jumat (12/1/2024).
(Usk)