DPR: Proporsional Tertutup Hasilkan Oligarki di Partai

(foto: Antara)

Bagikan

JAKARTA,TM.ID: Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Yanuar Prihatin mengingatkan, sistem pemilu proporsional tertutup yang digunakan pada masa lalu telah menghasilkan oligarki dalam partai politik

“Sistem proporsional tertutup pada masa lalu telah menghasilkan oligarki dalam partai. Hal itu membuat tertutupnya kompetisi antara sesama kader dan melahirkan para politisi yang lebih mengakar ke atas daripada ke bawah,” kata Yanuar di Jakarta, Rabu (4/1/2023).

Dia mengatakan, bagi partai politik yang mempunyai tradisi komando kuat dan sedikit otoriter, maka sistem proporsional tertutup lebih disukai.

Bahkan, kata dia, bagi kader partai politik yang berjiwa oportunis, elitis dan tidak mampu berkomunikasi dengan publik, maka sistem proporsional tertutup adalah peluang terbesar bagi karir pribadi.

BACA JUGA: Delapan Fraksi DPR Tetap Dukung Proporsional Terbuka

“Masa sistem pemilu seperti itu masih mau dipertahankan? Justru karena kita semua memahami bahwa ada salah arah, maka akhirnya sistem proporsional terbuka dijadikan kesepakatan bersama sejak Pemilu 2009,” kata dia.

Yanuar mengingatkan, bahwa sistem proporsional tertutup digunakan sepanjang pemilu pada era Orde Baru yang terjadi adalah rakyat tidak kenal calon yang akan mewakilinya.

Menurut dia, dalam sistem tersebut para pemilih seperti “membeli kucing dalam karung”, kedaulatan pemilih hilang karena kedaulatan partai, dan kegairahan politik hanya milik segelintir pengurus partai.

“Pada saat itu jangan harap muncul partisipasi politik rakyat dalam skala masif, yang ada adalah mobilisasi untuk arak-arakan di jalan raya. Hubungan rakyat dengan pemilih sangat jauh karena anggota legislatif sebagai ‘jembatan’ tidak ada yang bisa mereka kenal dekat,” katanya.

Yanuar mengakui memang ada kekurangan dalam sistem proporsional terbuka seperti menguatnya pragmatisme caleg dan pemilih, biaya mahal, politik uang marak, dan muncul tokoh-tokoh baru nonkader partai.

Selain itu, menurut dia, muncul kerumitan dalam pemungutan dan penghitungan suara, kompetisi yang tidak sehat bahkan diantara sesama caleg partai hingga terabaikan kualitas caleg yang terpilih.

“Namun semua itu harus dipahami sebagai proses belajar demokrasi yang sedang berjalan. Pada akhirnya semua pihak akan menemukan titik keseimbangan yang alami untuk bersama-sama mengerem laju pertumbuhan negatif dari demokrasi,” ujarnya.

Menurut dia, sistem proporsional terbuka telah memberi peluang kepada semua warga negara, apa pun latar belakangnya untuk berkarir dalam politik.

(Agung)

 

 

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
JNE
JNE Terima Penghargaan dari Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta
Dennis Lim
Pernah Punya Bisnis Kasino, Ini Profil dan Biodata Ustaz Dennis Lim
NIK sebagai NPWP
Peluncuran Layanan Perpajakan Berbasis NIK sebagai NPWP, NPWP 16 Digit, dan NITKU
jarak masjidil haram aqsa
Jarak Masjidil Haram ke Aqsa, Keajaiban Rasulullah Saw Berkat Allah SWT
Beckham Putra Nugraha Persib
Beckham Putra Nugraha Antusias Sambut Latihan Bersama Persib
Berita Lainnya

1

Penuh Drama, Jeman Vs Denmark Berakhir 2-0 di Euro 2024

2

Tyronne del Pino, Pemain Asing Persib Yang Terbuang Kini Mulai Dilirik Bojan Hodak

3

Segini Anggaran Belanja Persib Bandung Jelang Liga 1 2024/2025

4

Swiss Melaju ke Perempat Final Euro 2024 Setelah Singkirkan Italia 2-0

5

Gelombang Protes di Kenya: Tolak Kenaikan Pajak Demi Lunasi Utang IMF
Headline
data polri kena hack
Data Polri Kena Hack, Beredar di Dark Web!
Kronologi Meninggalnya Zhang Zhi Jie
Kronologi Meninggalnya Zhang Zhi Jie di Asia Junior Championship 2024
Korban Tanah Longsor Blitar
Pencarian 6 Jam, 2 Korban Tanah Longsor Blitar Ditemukan Tewas
Spanyol Semifinal EURO 2024
Hancurkan Georgia 4-1, Spanyol Bertemu Jerman di Perempat Final EURO 2024