BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, telah memperingatkan dunia akan bahaya ‘neraka iklim’ yang mengancam. Peringatan ini mendapat perhatian serius dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang menekankan pentingnya kesiapan Indonesia dalam menghadapi krisis ini, terutama dalam hal ketahanan pangan dan inflasi.
“Kita harus tetap waspada, hati-hati, tidak boleh lengah. Tantangan ke depan tidak mudah. Bapak-Ibu semuanya sudah mendengar warning dari Sekjen PBB bahwa dunia menuju pada neraka iklim. Suhu akan mencapai rekor tertinggi lima tahun ke depan, hati-hati,” kata Jokowi saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi Tahun 2024 di Istana Negara, Jakarta, dikutip Kamis (20/6/2024).
Menurut Jokowi, perubahan iklim adalah ancaman nyata yang harus diantisipasi dengan baik. Indonesia, dalam setahun terakhir, telah mengalami gelombang panas yang memprihatinkan.
Suhu di India mencapai 50 derajat Celcius dan di Myanmar 45,8 derajat Celcius. Jika situasi ini terus berlanjut, menurut FAO, dunia akan menghadapi kekeringan parah pada tahun 2050, yang akan menyebabkan krisis pangan global.
BACA JUGA: Indonesia Terancam Kekeringan Ekstrem, BNPB Ungkap Solusi
Jokowi mengatakan, kekeringan dan gelombang panas dapat mengurangi produksi pangan dan meningkatkan inflasi, karena stok yang berkurang akan menyebabkan harga naik.
“Artinya apa? Jangan main-main urusan kekeringan. Jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya nanti bisa ke inflasi. Begitu stok tidak ada, produksi berkurang. Produksi berkurang stok tidak ada, artinya harga pasti akan naik. Otomatis itu. Hukum pasar memang seperti itu,” tegas Jokowi.
Untuk mengantisipasi krisis ini, Jokowi menginstruksikan Kementerian Pertanian dan Kementerian PUPR bekerja sama dengan TNI untuk memasang pompa air di daerah-daerah produksi pangan. Langkah ini diharapkan dapat menjaga stabilitas produksi meski terjadi kekeringan. Hingga kini, sekitar 1.400 pompa sudah dipasang di Jawa Tengah, dan jumlah ini akan terus ditambah.
“Saya cek kemarin di Jawa Tengah sudah masuk pompanya 1.400, tapi akan tambah lagi, terutama daerah-daerah produksi. Akan saya cek di lapangan, sehingga betul-betul saat kering karena El Nino nanti di beberapa wilayah mungkin di bulan Juli sudah mulai, mungkin yang masuk ke Agustus, September, Oktober kita siap, sehingga produksi tidak turun. Itu golnya kenapa dipasang pompa.” imbuhnya.
Selain itu, pemerintah menargetkan pembangunan 61 waduk dan bendungan dalam 10 tahun ke depan. Hingga saat ini, 43 waduk dan bendungan telah diresmikan. Sistem irigasi yang baik juga menjadi fokus, agar air bisa sampai ke sawah-sawah dan meningkatkan produksi pertanian.
“Sekarang adalah eranya teknologi, eranya smart system. Utamanya yang di kabupaten harus bisa meng-upgrade sistem perekonomian menjadi smart agriculture, terutama untuk unggulan-unggulan di daerah masing-masing,” ucap Jokowi.
Selain itu, Jokowi mengajak kepala daerah untuk mengundang investasi dalam industri pengolahan, agar nilai tambah dari setiap produksi pertanian dan perkebunan meningkat. Sistem distribusi yang terintegrasi juga menjadi perhatian, untuk memastikan efisiensi dalam pendistribusian hasil pertanian.
“Saya kira kalau koordinasi pusat dan daerah bisa berjalan, apa yang tadi saya sampaikan akan bisa kita lakukan,” tukasnya.
(Budis)