BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Aksi demonstrasi yang terjadi pada Sabtu (30/8/2025) lalu berimbas pada sejumlah museum dan bangunan cagar budaya di beberapa kota. Insiden penjarahan dan pembakaran menyebabkan kerusakan serta hilangnya sejumlah koleksi bersejarah.
Di Kota Kediri, Jawa Timur, Museum Bagawanta Bhari menjadi salah satu sasaran. Sejumlah koleksi penting dilaporkan hilang, termasuk sebuah Kepala Arca Ganesha, wastra (kain batik), dan buku-buku kuno. Sebuah miniatur lumbung juga mengalami kerusakan parah.
“Kementerian Kebudayaan sangat menyesalkan insiden yang terjadi,” tegas Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam rilis resmi, dikutip Selasa (2/9/2025).
Pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, aparat penegak hukum, dan pengelola museum untuk memastikan keamanan serta percepatan pemulihan.
Beruntung, beberapa artefak berharga seperti Arca Bodhisatwa dan bata berinskripsi mantra berhasil diselamatkan oleh Juru Pelihara dari kementerian.
Gedung Bersejarah di Surabaya Jadi Korban Pembakaran
Tidak hanya di Kediri, aksi vandalisme juga terjadi di Surabaya. Kantor Polsek Tegalsari di Jalan Basuki Rahmat dan bangunan sayap Gedung Grahadi di Jalan Gubernur Suryo dilaporkan dibakar oleh sekelompok massa tak dikenal pada Sabtu malam sekitar pukul 21.45 WIB.
Kedua bangunan tersebut memiliki status sebagai cagar budaya. Polsek Tegalsari, yang dibangun pada 1924 dengan gaya arsitektur tropis, sebagian besar masih asli, termasuk sebuah bunker di belakang.
Sementara sayap Gedung Grahadi yang terbakar merupakan bagian dari cagar budaya nasional yang dibangun sekitar tahun 1789 dengan pengaruh arsitektur Prancis.
Nilai Sejarah Tak Akan Utuh Lagi
Penggiat sejarah Surabaya, Kuncarsono Prasetyo, menyayangkan insiden ini. Ia menyatakan bahwa meski memungkinkan untuk direvitalisasi menggunakan foto dan catatan teknis, nilai sejarah asli dari bangunan-bangunan tersebut telah hilang untuk selamanya.
“Pastinya nilai sejarah berkurang. Kita tidak akan menemukan lagi model struktur atau style kayu yang asli, meskipun nanti dicarikan semirip mungkin,” jelas Kuncarsono kepada Kompas.com, Minggu (31/8/2025).
Ia menambahkan, masyarakat seharusnya menyadari bahwa bangunan ini adalah warisan sejarah kolektif. Namun, ia juga menekankan peran aparat untuk mampu memisahkan antara amukan massa dengan aksi demonstrasi yang damai.
BACA JUGA
CEK FAKTA: Pemerintah Larang Media Liput Aksi Demonstrasi DPR
Pasca Demonstrasi, Enam Bangunan Termasuk Cagar Budaya Ludes di Santap Api
Kembalikan Koleksi dan Perkuat Perlindungan
Menteri Fadli Zon menghimbau kepada pihak yang mengambil koleksi Museum Bagawanta Bhari untuk segera mengembalikannya kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI atau pihak museum.
“Museum bukan hanya ruang koleksi benda bersejarah, melainkan juga simbol memori kolektif masyarakat. Segala bentuk vandalisme adalah kerugian besar bagi bangsa,” tegasnya.
Kementerian Kebudayaan berjanji terus memantau perkembangan dan memastikan museum dapat kembali berfungsi optimal sebagai ruang pembelajaran dan pelestarian budaya.
Menyusul insiden ini, para penggiat sejarah di Surabaya berencana meluncurkan petisi untuk mendorong perlindungan yang lebih kuat terhadap cagar budaya di Indonesia.
(Aak)