BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dua mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK), Mahlil Jibran dan Riza Daffa Firdaus, mencuri perhatian publik nasional berkat inovasi gizi berbasis kearifan lokal yang mereka gagas.
Lewat karya berjudul KELADA: Kekuatan Laut dan Daun Ajaib, keduanya berhasil meraih Juara 1 Lomba Esai Ilmiah KSE JUARA 2025 yang digelar Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) Universitas Sumatera Utara.
Lebih dari sekadar prestasi akademik, KELADA hadir sebagai solusi konkret untuk menekan angka stunting di Aceh. Inovasi ini memadukan ikan kembung dan daun katuk menjadi bubuk instan bergizi tinggi, praktis, dan ekonomis. Tak hanya soal kandungan gizi, produk ini dirancang menyeluruh menyasar edukasi pranikah, pemberdayaan ekonomi masyarakat, hingga distribusi yang inklusif.
“Kami ingin membuktikan bahwa solusi gizi yang berdampak besar bisa lahir dari kekayaan lokal kita sendiri,” ujar Riza, mengutip laman USK.
Gizi Lokal, Dampak Nasional
Subtema “Gizi dan Kesehatan” menjadi pijakan tim USK dalam kompetisi bertema “Inovasi untuk Nusantara”. Alih-alih berhenti di ajang lomba, KELADA telah dirancang sebagai gerakan jangka panjang dengan dampak nyata di masyarakat.
Mereka menyasar kelompok rentan: remaja putri, calon pengantin, hingga ibu menyusui, melalui edukasi sejak masa pranikah hingga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Setiap kemasan KELADA bahkan dilengkapi QR code berisi konten edukatif seputar gizi dan pencegahan stunting.
Tak kalah penting, KELADA mengusung ekosistem kolaboratif. Nelayan dan petani lokal menjadi penyedia bahan baku, tenaga kesehatan serta kader posyandu menjalankan edukasi, dan Kantor Urusan Agama (KUA) berperan dalam penguatan program pranikah. Model ini diyakini mampu menyatukan pendekatan kesehatan dengan kemandirian ekonomi berbasis UMKM.
Dari Kampus ke Komunitas
Wakil Dekan III Fakultas Kedokteran USK, Rina Suryani Oktari, mengapresiasi semangat interdisipliner dalam karya ini. Menurutnya, KELADA bukan sekadar produk pangan, tapi cerminan empati sosial dan inovasi berbasis realitas lokal.
“KELADA menjawab tantangan gizi dengan pendekatan ilmiah dan sosial yang seimbang. Kami bangga dan siap mendukung pengembangan lebih lanjut,” kata Rina.
Kemenangan ini juga mendapat dukungan penuh dari Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kewirausahaan USK, Prof. Mustanir, M.Sc. Ia berharap KELADA bisa menjadi prototipe nasional dalam upaya menurunkan angka stunting, sekaligus memperkuat kontribusi mahasiswa dalam pembangunan berkelanjutan.
“Langkah inspiratif ini menunjukkan bahwa inovasi dari kampus bisa berdampak hingga ke pelosok negeri. Semoga menjadi teladan bagi generasi muda lainnya,” pungkas Prof. Mustanir.
Kini, Mahlil dan Riza tengah mempersiapkan produksi skala rumahan berbasis UMKM. Mereka juga membuka peluang kemitraan dengan pemerintah daerah, sektor swasta, lembaga filantropi, hingga LSM guna memperluas distribusi ke daerah-daerah rawan stunting di Indonesia.
Baca Juga:
Zalac Food Indonesia: Inovasi Mahasiswa UMY yang Bawa Salak Merapi Tembus Pasar Dunia
Shredtics, Inovasi Mahasiswa UM: Alat Cacah Plastik Portabel Ramah Lingkungan
“KELADA bukan akhir, melainkan awal dari gerakan kolaboratif menyehatkan bangsa,” tegas Mahlil.
Dengan prestasi dan visi berkelanjutan ini, KELADA membuktikan bahwa solusi stunting bisa dimulai dari dapur lokal dengan rasa, nilai, dan dampak yang nasional.
(Virdiya/Budis)