MEDAN, TM.ID : Kementerian Agama (Kemenag) telah mengeluarkan izin pengajaran program studi (prodi) ilmu falak untuk Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
UMSU berharap pihaknya melahirkan lulusan dengan penguasaan prodi ilmu falak yang berkualitas.
“Semoga di tahun akademik 2023/2024 ini Program Studi Ilmu Falak bisa segera dijalankan,” kata Rektor UMSU Prof Agussani di Medan, Senin (23/1/2023).
Ia mengatakan Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) saat ini sudah berusia 8 tahun.
OIF UMSU yang didirikan pada tahun 2014, katanya, diresmikan oleh Presiden Joko Widodo tahun 2016 di Yogyakarta dan telah dikunjungi lebih dari 44 ribu pengunjung dan menjadi destinasi wisata pendidikan religi di Sumatera Utara.
BACA JUGA: Pukat UGM: Banyak Kejanggalan di Kasus Pencurian Rumah Jaksa KPK
Menurut dia keberadaan Observatorium Ilmu Falak menjadi salah satu keunggulan UMSU yang luar biasa dan harus dipertahankan. Berbagai prestasi, termasuk rekor MURI yang didapatkan seperti pengamatan gerhana massal hingga kacamata gerhana menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mengharumkan nama UMSU.
Menyusul kiprah OIF yang dipandang semakin eksis dengan berbagai penghargaan dan prestasi yang diterima, katanya, kini UMSU telah mendapatkan izin pembukaan Program Studi Ilmu Falak dari Kemenag.
“Selamat OIF di usia ke 8 tahun telah menorehkan banyak prestasi serta menopang nama UMSU dan Muhammadiyah di Sumatera Utara maupun Internasional,” kata Agussani.
Kepala Observatorium Ilmu Falak UMSU Dr Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar mengemukakan bahwa Prodi Ilmu Falak sebagai upaya menyiapkan sumber daya manusia yang handal dalam Ilmu Falak.
Sejarah dan peradaban Islam menunjukkan, ada banyak observatorium yang berdiri tak mampu eksis. Keberadaan observatorium dalam sejarah dan peradaban Islam itu berfluktuasi ada yang bertahan 10 tahun , bertahan 2 tahun ada yang 50 tahun dan seterusnya.
“Hal ini tidak terlepas dari masalah sumber daya manusia karena tidak ada lagi yang tertarik melanjutkan studi Ilmu Falak. Tidak ada tim yang bekerja ,meneliti yang menelaah kegiatan kegiatan pengamatan benda langit,” katanya.
Prodi Ilmu Falak dalam sebuah perguruan tinggi, kata dia, adalah jawaban konsep dan jawaban konkrit dari ilmu simultanisasi, dinamisasi kegiatan pengamatan benda langit
Diharapkan, keberadaan Prodi Ilmu Falak ini menjadi penopang utama kegiatan observasi atau sebaliknya kegiatan observasi di dalam sebuah observatorium itu didukung dengan kekuatan literasi dan keilmuan sehingga keduanya akan berjalan dengan baik .
“Mudah-mudahan ini (Observatorium Ilmu Falak ) nantinya akan menjadi sumbangan peradaban bukan hanya persoalan kurikulum , persoalan akademik tapi ini adalah bagian dari jawaban dari tuntutan peradaban dan menjadi jawaban dari wujudnya nanti sebuah kalender Islam yang bersifat global,” demikian Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar.
(Budis)