BANDUNG, SUARA MAHASISWA AWARDS — Impian memiliki rumah sendiri sering kali menjadi simbol kesuksesan hidup. Namun, bagi generasi muda masa kini, memiliki hunian bukan sekadar perkara membeli properti, tetapi juga tentang tekanan sosial, tuntutan gaya hidup, dan ketahanan hubungan. Lewat film Home Sweet Loan, kisah ini diangkat dengan jujur, manis, dan menyentuh.
Dirilis pada 26 September 2024, film karya Sabrina Rochelle Kalangie ini diproduksi oleh Visinema Pictures dan Legacy Pictures, serta diadaptasi dari novel populer karya Almira Bastari. Pemeran utamanya, Yunita Siregar sebagai Kaluna dan Derby Romero sebagai Danan, berhasil membawakan dinamika pasangan muda dengan chemistry yang kuat dan emosional.
Kisah Kaluna dalam Mengejar Rumah dan Cinta
Kaluna adalah seorang wanita karier dari generasi sandwich yang menanggung kebutuhan keluarga besar yang tinggal bersamanya. Di tengah situasi itu, Kaluna ingin hidup mandiri dan memiliki rumah sendiri. Impiannya tidak hanya soal tempat tinggal, tapi juga tentang ruang untuk hidup dengan tenang.
Saat ia bertemu Danan, seorang konsultan properti yang juga teman dekatnya, Kaluna merasa jalannya menuju rumah impian mulai terbuka. Bersama, mereka menyusun strategi, menghemat, bekerja tambahan, dan menyicil rumah. Namun, seiring waktu, tekanan cicilan, kelelahan emosional, dan beban keluarga mulai menguji hubungan mereka.
Tekanan Gaya Hidup di Kalangan Anak Muda
Film ini dengan cermat memotret fenomena lifestyle pressure, yaitu dorongan sosial agar seseorang cepat mapan, memiliki rumah, dan tampil sukses di usia muda. Kaluna mencerminkan banyak anak muda urban yang ingin hidup mandiri, namun terbebani ekspektasi masyarakat dan keluarga.
Melalui Home Sweet Loan, penonton diajak merefleksikan bahwa gaya hidup mapan bukan hanya soal aset, tetapi juga soal kesiapan mental dan emosional untuk menjalaninya. Rumah bisa dibeli lewat cicilan, tapi ketenangan dan kejujuran dalam hubungan tak bisa dicapai dengan brosur promosi.
Komunikasi Adalah Pondasi Gaya Hidup Sehat
Salah satu konflik utama dalam film ini muncul dari kurangnya komunikasi terbuka antara Kaluna dan Danan. Kaluna menyembunyikan kondisi keuangannya, sementara Danan merasa dikesampingkan. Ini adalah potret nyata dari banyak hubungan modern; cinta ada, tapi kepercayaan tidak selalu berjalan beriringan.
Film ini mengingatkan bahwa dalam membangun gaya hidup bersama, komunikasi dan transparansi adalah fondasi utama. Pasangan bukan hanya berbagi rasa, tetapi juga berbagi beban, risiko, dan keputusan hidup.
Gaya Hidup Sederhana Adalah Pilihan Bijak
Di balik segala tekanan dan cicilan, Home Sweet Loan menyampaikan pesan penting bahwa menjalani hidup sederhana adalah pilihan yang bijak, bukan kekalahan. Rumah ideal bukan hanya soal luas bangunan, melainkan ruang yang diisi dengan saling pengertian.
Film ini juga menjadi kritik lembut terhadap standar kebahagiaan yang dibentuk oleh media sosial. Punya rumah, mobil, atau barang mewah belum tentu menandakan kedewasaan emosional. Justru, keberanian untuk hidup sesuai kemampuan adalah bentuk kemandirian yang sesungguhnya.
Kesimpulan, Bukan Luasnya Rumah, Tapi Luasnya Hati
Home Sweet Loan adalah potret jujur tentang pasangan muda yang bertarung dengan ekspektasi, cicilan, dan cinta. Di tengah tantangan membangun hidup, film ini menyuarakan bahwa ketenangan dan kebahagiaan berasal dari hubungan yang sehat, bukan dari status sosial.
Sebab rumah bukan soal ukuran bangunan, tapi seberapa besar cinta yang mengisinya. Cinta yang sederhana, saling dukung dalam keterbatasan, dan jujur dalam komunikasi — itulah fondasi dari rumah yang sesungguhnya. Rumah yang bermakna bukan selalu yang mewah, tapi yang mampu menjadi tempat kembali saat dunia terasa berat.
Pada akhirnya, generasi muda tak harus selalu mengejar kesempurnaan gaya hidup. Yang terpenting adalah keberanian untuk hidup sesuai kemampuan dan membangun hubungan yang jujur. Karena rumah terbaik adalah tempat di mana hati merasa aman, dan cinta bisa tumbuh tanpa syarat.
(Cici Lestari/Universitas Indonesia Membangun)