BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Di tengah dominasi model AI seperti ChatGPT, Gemin, DeepSeek, dan Grok, Tiongkok kini memperkenalkan penantang serius Kimi K2.
Dikembangkan oleh startup Moonshot AI yang didukung Alibaba, Kimi K2 tak hanya tampil sebagai alat bantu digital, tetapi juga sebagai pernyataan strategis, Tiongkok siap bersaing di garis depan revolusi AI global.
Moonshot AI berdiri tahun 2023, dipimpin oleh pendirinya Yang Zhilin. Dukungan Alibaba bukan hanya dana, melainkan akses ke ekosistem teknologi besar di Asia.
Kimi K2 adalah produk utama mereka model AI berbasis open source yang menjanjikan akses terbuka bagi pengembang dan peneliti di seluruh dunia.
Alih-alih mengunci teknologinya seperti yang dilakukan banyak perusahaan barat, Moonshot AI memilih jalur transparansi dan kolaborasi global, sebuah strategi yang mempertegas ambisi Tiongkok menjadi pusat gravitasi baru dalam pengembangan AI.
Kimi K2 mengusung arsitektur Mixture of Experts (MoE) dengan kapasitas 1 triliun parameter (32 miliar aktif), menjadikannya model yang sangat efisien. Dalam berbagai benchmark, hasilnya impresif:
SWE-Bench (kode perangkat lunak): 65,8% – mengungguli GPT-4 dan DeepSeek.
LiveCodeBench (pengujian coding real-time): 53,7% – lebih tinggi dari GPT-4.1.
Math-500 (soal matematika lanjutan): 97,4% – mendekati akurasi manusia.
Angka-angka ini bukan sekadar statistik teknis, tapi sinyal kuat bahwa era dominasi tunggal OpenAI dan Google mulai retak.
China kerap dikritik karena pendekatan tertutup dalam teknologi. Namun Kimi K2 menawarkan wajah berbeda: terbuka, gratis, dan mudah digunakan. Tersedia dalam dua versi:
– Kimi K2 Base – untuk pengembang dan eksperimen teknis.
– Kimi K2 Instruct – siap digunakan sebagai chatbot.
Versi gratis bisa diakses publik melalui website resmi atau aplikasi Android. Sementara harga komersial tetap kompetitif, dengan input token 1 juta hanya sekitar Rp2.442.
Langkah ini tidak hanya merangkul komunitas global, tapi juga menjadi alat diplomasi lunak dalam perlombaan dominasi teknologi.
Kimi K2 bukan hanya AI pintar. Ia adalah representasi dari tekad Tiongkok untuk memiliki sistem teknologi mandiri, tak tergantung pada model barat.
Di era di mana AI menentukan ekonomi, militer, hingga politik, memiliki teknologi sendiri berarti menjaga kedaulatan nasional.
Kimi K2 hadir bukan untuk sekadar bersaing, tapi untuk menggoyang monopoli narasi AI oleh Barat. Ia menandai babak baru dalam geopolitik digital, di mana siapa yang menguasai kecerdasan buatan, akan menguasai arah dunia.
Dengan performa kuat, pendekatan terbuka, dan dukungan penuh dari kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia, Kimi K2 adalah peringatan, peta kekuatan AI global sedang berubah.
(Budis)