BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tim riset Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) Universitas Airlangga (UNAIR) mengusung isu kesehatan mental dan pelestarian budaya lokal dengan judul “Budaya Menyama Braya sebagai Solusi untuk Meningkatkan Kondisi Psikososial Wanita Infertil yang Menganut Kepercayaan Punarbhawa di Bali.”
Di bawah bimbingan Putu Aditya Ferdian Ariawantara, S.IP., M.KP., tim terdiri dari Aditya Salim Ahnaf (Antropologi 2022), Rumaisya Milhan, Andina Safa Amanta, Dona Vabella Avigetaria, dan Regista Rizki Sulistiyawati (Psikologi 2022). Riset ini menjadi kolaborasi lintas ilmu antara psikologi dan antropologi.
Penelitian berangkat dari keprihatinan terhadap tekanan sosial yang dialami perempuan infertil di Bali, khususnya mereka yang meyakini kepercayaan Punarbhawa, keyakinan reinkarnasi dalam satu garis keturunan yang menekankan pentingnya memiliki anak.
“Beban psikologis mereka sangat besar, apalagi jika ada tekanan dari keluarga besar,” ujar Rumaisya, laman Unair.
Sebagai bentuk solusi, tim menawarkan pendekatan berbasis nilai lokal Menyama Braya, yaitu filosofi kekeluargaan khas Bali yang mengedepankan kasih, solidaritas, dan dukungan sosial. Dalam praktiknya, pendekatan ini dirancang dalam bentuk support group dan family therapy, hasil sinergi keilmuan antara antropologi dan psikologi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa intervensi psikososial bisa lebih kuat jika berakar pada budaya setempat,” terang Dona.
Pendekatan ini juga diyakini mampu menciptakan ruang aman bagi perempuan yang kerap menghadapi stigma.
Baca Juga:
Zalac Food Indonesia: Inovasi Mahasiswa UMY yang Bawa Salak Merapi Tembus Pasar Dunia
Teknologi dari Ujung Timur: Paulus Rosario Hegemur, Pemuda Papua Pelopor Inovasi AI
Ke depan, hasil riset ini tidak hanya akan dituangkan dalam publikasi ilmiah, tapi juga dikembangkan ke dalam media populer seperti zine, artikel edukatif, hingga podcast.
“Kami ingin Menyama Braya tidak hanya dipahami sebagai warisan budaya, tapi juga menjadi cara nyata dalam membangun empati dan dukungan sosial,” tutup Aditya.
(Virdiya/Aak)