BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARD— Braga bukan hanya sebagai tempat fisik, tetapi sebagai sebuah karya musik yang terus mengalun, tak pernah benar-benar berakhir. Kata simfoni dalam judul membawa nuansa puitis dan emosional, karena menyiratkan bahwa di Braga, setiap detik adalah nada, setiap langkah adalah irama, dan setiap kenangan menjadi bagian dari melodi yang tak tergantikan. Seperti musik yang tersusun dari berbagai harmoni, Braga menyatukan masa lalu dan masa kini dalam satu napas.
Braga adalah ruang tempat sejarah dan kehidupan modern berdampingan. Di balik fasad kolonial yang menua, terdengar bisikan masa lalu, denting sepatu di trotoar, deru mobil tua, aroma buku lawas, dan tawa yang pernah mengisi bangku-bangku kafe. Namun semua itu tidak tinggal sebagai sejarah beku. Kehidupan kini terus memainkan lagu baru, suara musisi jalanan yang bernyanyi dengan sepenuh hati, seniman yang memamerkan lukisannya, pasangan yang menyusuri jalan sambil berbagi mimpi.
Dalam simfoni Braga, tidak ada penutup. Kisah-kisah lahir dan tumbuh di tempat yang sama, berpadu menjadi musik yang tidak pernah benar-benar selesai. Ia terus berubah, namun tetap setia pada nadanya sendiri, hangat, melankolis, penuh warna. Setiap orang yang pernah berjalan di sana, entah hanya sekali atau seribu kali, akan membawa pulang irama kecil dari Braga.
Judul ini merayakan Braga sebagai tempat yang hidup, bukan hanya dalam sejarah, tapi juga dalam hati banyak orang. Sebuah tempat yang terus memainkan simfoni kenangan, dan karenanya, tak pernah usai.
(Satrina Risha Ramadhani, Universitas Indonesia Membangun INABA)