BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Menjelang Hari Raya Idulfitri 2025, perusahaan transportasi daring Grab menggulirkan program Bonus Hari Raya (BHR) untuk para mitra pengemudinya. Bonus ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kinerja para mitra selama menjalankan layanan, terutama menjelang momen keagamaan yang sarat kebutuhan. Meskipun bukan merupakan kewajiban hukum seperti Tunjangan Hari Raya (THR) yang biasa diterima karyawan formal, program BHR ini dimaknai sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Dalam praktiknya, bonus diberikan berdasarkan sejumlah indikator yang ditentukan oleh perusahaan, seperti performa, tingkat aktivitas, dan kategori akun pengemudi. Namun demikian, di lapangan, tidak semua mitra memahami secara jelas mekanisme pemberian bonus ini.
Para mitra mengungkapkan bahwa pertama kali mengetahui adanya program BHR bukan dari aplikasi resmi, melainkan dari komunitas pengemudi Grab di media sosial. Beberapa waktu kemudian, baru menerima notifikasi dari aplikasi Grab yang mengonfirmasi adanya bonus.
Para mitra menilai bahwa bonus tersebut tetap bermanfaat, meski sebelumnya sempat mendengar kabar dari media bahwa mitra bisa mendapat hingga satu juta rupiah, tergantung performa. Informasi yang tidak sepenuhnya seragam ini kemudian menjadi perbincangan hangat di kalangan komunitas pengemudi.
Diskusi di grup Facebook dan WhatsApp seputar nominal, kriteria penerima, dan waktu pencairan bonus menunjukkan betapa pentingnya komunikasi yang terbuka antara perusahaan dan mitra. Tidak sedikit pengemudi yang membandingkan besaran bonus yang diterima, yang turut membentuk persepsi tentang keadilan dan transparansi.
Meski demikian, sebagian besar mitra tetap menyambut baik program ini. Bagi mereka, apresiasi dalam bentuk apa pun menjelang hari raya tetap berarti. Dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif, tambahan sekecil apa pun mampu memberi ruang napas, apalagi ketika kebutuhan meningkat menjelang lebaran.
Fenomena ini juga mencerminkan dinamika baru dalam hubungan kerja era digital. Para mitra pengemudi, meskipun bukan karyawan tetap, memiliki ekspektasi terhadap perusahaan bukan hanya dari sisi pendapatan, tetapi juga komunikasi dan pengakuan. Sementara itu, perusahaan dihadapkan pada tantangan bagaimana menjaga keseimbangan antara fleksibilitas kerja dan kepuasan mitra di lapangan.
Program BHR dari Grab setidaknya menunjukkan adanya niat baik untuk tetap membangun relasi yang lebih manusiawi di tengah sistem kerja berbasis platform. Langkah kecil seperti ini bisa memberi dampak sosial yang luas, terutama bila disertai dengan komunikasi yang konsisten dan mudah dipahami oleh seluruh mitra.
Seiring berkembangnya ekosistem kerja digital, transparansi, empati, dan partisipasi menjadi kunci penting dalam membangun kemitraan jangka panjang. Bagi para mitra perhatian kecil bisa jadi membawa semangat besar untuk tetap melaju di jalanan kota.
Penulis:
Nendi Zaelani Hidayat