BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Alergi makanan adalah kondisi di mana sistem imun tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap protein tertentu dalam makanan. Reaksi ini dapat memengaruhi berbagai sistem tubuh, dari kulit hingga saluran pencernaan dan pernapasan.
Respons imun ini tidak hanya bergantung pada jenis makanan, tetapi juga pada komposisi tubuh seseorang dan faktor genetik.
Apa Itu Alergi Makanan?
Alergi makanan terjadi ketika tubuh menganggap protein dalam makanan sebagai ancaman dan membentuk antibodi imunoglobulin E (IgE) sebagai respons. Pada paparan berikutnya, IgE ini memicu pelepasan zat kimia seperti histamin, yang menyebabkan gejala alergi. Gejala dapat berkisar dari ringan, seperti gatal-gatal, hingga berat, seperti anafilaksis yang mengancam jiwa.
Penyebab alergi makanan melibatkan faktor genetik dan lingkungan. Orang dengan riwayat keluarga memiliki risiko lebih tinggi mengalami alergi makanan. Kondisi seperti eksim, asma, atau alergi serbuk bunga juga meningkatkan kemungkinan alergi. Selain itu, beberapa makanan cenderung lebih sering memicu alergi, seperti susu, telur, kacang tanah, ikan, dan kerang.
Pada kontak pertama dengan alergen, tubuh mungkin tidak menunjukkan gejala. Namun, paparan berulang memungkinkan sistem imun mengenali alergen dan memulai respons alergi. Dalam banyak kasus, hubungan antara bakteri usus dan alergi juga menjadi fokus penelitian karena mikrobiota usus memainkan peran penting dalam kesehatan imun.
Gejala Alergi Makanan
Gejala ini dapat muncul beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi makanan pemicu, berikut ciri-cirinya:
- Gatal-gatal dan ruam pada kulit
- Pembengkakan pada wajah, bibir, atau lidah
- Kesulitan bernapas
- Mual, muntah, dan diare
Pada kasus berat, anafilaksis dapat terjadi. Gejala anafilaksis meliputi sesak napas parah, penurunan tekanan darah drastis, dan kehilangan kesadaran. Kondisi ini membutuhkan penanganan medis segera.
Durasi Reaksi Alergi Makanan
Durasi reaksi alergi makanan bervariasi. Gejala ringan biasanya mereda dalam beberapa jam, sementara anafilaksis dapat berlangsung berhari-hari jika tidak segera ditangani. Faktor seperti jenis alergen dan tingkat keparahan reaksi memengaruhi lamanya gejala.
Jenis-Jenis Alergi Makanan
- Alergi Dimediasi IgE
Jenis alergi ini memicu reaksi cepat, sering kali dalam hitungan menit, setelah mengonsumsi alergen. Gejala meliputi gatal-gatal, pembengkakan, hingga anafilaksis. - Alergi Non-Dimediasi IgE
Reaksi ini melibatkan sel imun lain selain IgE. Gejala biasanya muncul beberapa jam setelah paparan alergen, dengan fokus pada saluran pencernaan seperti diare atau kembung. - Alergi Campuran
Kombinasi reaksi IgE dan non-IgE, dengan gejala yang bervariasi, mulai dari gatal hingga masalah pencernaan.
Diagnosis dan Penanganan Alergi Makanan
Tes Diagnosis
Diagnosis alergi makanan mencakup:
- Tes Kulit: Mengidentifikasi sensitivitas terhadap alergen tertentu.
- Tes Darah: Mengukur kadar antibodi IgE.
- Diet Eliminasi: Menghindari makanan tertentu untuk memantau perubahan gejala.
Pengobatan alergi makanan bertujuan untuk meredakan gejala dan mencegah reaksi parah. Obat seperti antihistamin efektif untuk gejala ringan. Pada kasus anafilaksis, suntikan epinefrin diperlukan. Diet eliminasi juga membantu mengidentifikasi dan menghindari makanan pemicu.
Beberapa alergi, seperti susu dan telur, cenderung hilang seiring waktu, terutama pada anak-anak. Namun, alergi terhadap kacang-kacangan dan makanan laut biasanya bersifat permanen.
BACA JUGA: Waspada Gejala Alergi Pada Anak Ini!
Pola makan yang sehat, pengelolaan stres, dan menjaga kesehatan usus dapat membantu meminimalkan gejala alergi dalam jangka panjang. Dengan pemahaman yang baik tentang alergi makanan, seseorang dapat hidup dengan lebih nyaman meskipun memiliki alergi.
(Kaje/Usk)