CIMAHI, TEROPONGMEDIA.ID — Masyarakat Kampung Adat Cireundeu yang berada di wilayah Kota Cimahi Jawa Barat sejak lama menjadikan singkong sebagai makanan pokok.
Simak dalam artikel ini ulasan mengenai awal mula singkong menjadi makanan pokok dari masyarakat adat Kampung Cireundeu.
Kenapa mereka tidak mengonsumsi padi, padahal Jawa Barat termasuk lumbung padi tersbesar di Indonesia. Mungkin ini menjadi pertanyaan terbesar semua orang.
Singkong adalah nama lain dari Ubi kayu atau ketela pohon, yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Manihot esculenta atau Manihot utilissima.
Singkong adalah tanaman perdu tropis dan subtropis tahunan, yang awalnya dari suku Euphorbiaceae. Tanaman ini juga disebut kaspe, ubi sampa, atau ubi prancis. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Kekuatan budaya masyarakat Kampung Cireundeu menarik perhatian Pj Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin untuk berkunjung. Bey bersama rombongan mendatangi kampung adat ini Rabu (23/10/2024).
Kehadiran Bey disambut ketua adat setempat diiringi musik kecapi dan suling yang selaras dengan suasana pegunungan dengan udara segarnya di sana.
Bey punya pandangan lebih jauh mengenai singkong selain kearifan lokal masyarakat Cireundeu, yakni masa depan ketahanan pangan.
Sembari berbincang dengan para tetua adat, Bey juga menikmati beragam suguhan kuliner tradisional berbahan dasar singkong seperti saroja, rasi atau singkatan dari beras singkong, serta kue awug yang menjadi ciri khas utama kampung ini.
“Makanannya enak sekali dan ini bukan hanya soal rasa, tapi juga nilai yang lebih dalam,” ungkap Bey Machmudin saat mencicipi hidangan yang menyimpan cerita panjang sejarah budaya Cireundeu.
Ditemui seusai acara, Bey menyatakan kekaguman terhadap kemampuan masyarakat adat Cireundeu menjaga tradisi konsumsi singkong.
“Ini adalah bentuk kearifan lokal yang luar biasa. Mereka tidak mengonsumsi nasi dari beras, tapi dari singkong. Ini sangat relevan dengan upaya kita untuk memperkuat ketahanan pangan di Jawa Barat,” ujarnya.
BACA JUGA: Kesenian Buhun yang Ada di Kampung Adat Cireundeu
Awal Mula Singkong Jadi Makanan Pokok
Apa yang dilakukan warga Cireundeu bukanlah hal baru. Sejak 1924, mereka beralih dari padi ke singkong karena kondisi lahan yang lebih cocok untuk tanaman umbi tersebut.
“Dari cerita Abah Widi (Ais Pangampih Kampung Adat Cireundeu) di sini, awalnya mereka menanam padi, tetapi melihat kondisi lahan, akhirnya sejak 1924 mereka beralih ke singkong dan hasilnya ternyata luar biasa,” tambahnya.
Bey juga mencatat bahwa masyarakat setempat tampak lebih sehat bahkan bercanda perut mereka tidak buncit.
“Sebuah tanda bahwa pola makan berbasis singkong baik bagi kesehatan,” ucapnya.
Bey juga mengatakan bahwa Kampung Adat Cireundeu bukan hanya sekadar cerminan budaya yang tetap hidup, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang besar. Ia berencana memperkenalkan produk olahan singkong dari Cireundeu lebih luas lagi.
“Saya akan bawa ini ke Dinas Koperasi dan Usaha Kecil supaya mereka bisa membantu pengemasan dan pemasarannya. Ini potensi besar dan tadi saya makan rasanya benar-benar enak,” jelasnya.
Tak hanya di sektor pangan, Cireundeu juga menyimpan potensi besar dalam sektor pariwisata. Terletak tidak jauh dari pusat Kota Cimahi, kampung adat ini menawarkan pengalaman unik yang jarang ditemukan di daerah lain.
“Kami akan rapatkan lintas kota dan kabupaten untuk membahas pengelolaan lahan parkir di area eks-Leuwi Gajah. Ini untuk mendukung peningkatan wisatawan ke kampung adat ini,” jelas Bey.
(Aak)