BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tidur berjalan, atau sleepwalking (somnambulisme), merupakan kondisi ketika seseorang bangun, berjalan, atau melakukan aktivitas tertentu saat masih dalam keadaan tidur. Meskipun semua orang dapat mengalaminya, kondisi ini lebih sering terjadi pada anak-anak.
Sleepwalking biasanya muncul sekitar 1–2 jam setelah seseorang tertidur dan berlangsung selama 5–30 menit. Pada anak-anak, gangguan ini cenderung terjadi sesekali dan umumnya menghilang seiring bertambahnya usia.
Namun, tidur berjalan tetap perlu mendapatkan perhatian serius, terutama jika berlangsung terus-menerus. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko cedera akibat jatuh atau menabrak benda keras.
Penyebab Tidur Berjalan
Penyebab pasti dari tidur berjalan belum diketahui, tetapi gangguan ini sering dikaitkan dengan faktor keturunan. Anak-anak yang memiliki kedua orang tua dengan riwayat sleepwalking berisiko lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Selain itu, gangguan ini paling umum terjadi pada anak-anak berusia 4–17 tahun.
Beberapa faktor lain yang dapat memicu atau memperburuk tidur berjalan meliputi:
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Jadwal tidur yang tidak teratur, seperti akibat bekerja shift atau sering bepergian
- Stres emosional
- Konsumsi alkohol berlebihan
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik, stimulan, atau antihistamin. Selain itu, beberapa kondisi medis juga sering dikaitkan dengan tidur berjalan.
Kondisi tersebut antara lain demam, GERD (gastroesophageal reflux disease), gangguan irama jantung, asma, sleep apnea, dan sindrom kaki gelisah (restless legs syndrome).
Gejala Tidur Berjalan
Tidur berjalan terjadi pada fase tidur nyenyak (fase 3) dalam tahap non-rapid eye movement (NREM). Tidur terbagi menjadi dua tahap utama, yakni REM dan NREM, yang berlangsung secara berulang dalam satu siklus tidur. Pada tahap NREM, terdapat tiga fase:
- Fase 1: Mata terpejam, tetapi seseorang masih mudah terbangun.
- Fase 2: Detak jantung melambat, suhu tubuh menurun, dan tubuh mulai memasuki tidur lebih dalam.
- Fase 3: Tidur nyenyak, di mana tubuh sulit terbangun.
Tidur berjalan biasanya terjadi pada fase 3 dan memiliki tanda gejala berikut:
- Berjalan dalam keadaan tidur
- Melakukan aktivitas tertentu, seperti duduk, memasak, atau menyetir, saat masih tidur
- Duduk di tempat tidur dengan mata terbuka namun tetap tertidur
- Menatap dengan mata terbuka, tetapi dengan tatapan kosong
- Tidak mengingat aktivitas yang dilakukan selama tidur ketika terbangun
- Mengigau dan tidak menanggapi percakapan
- Berperilaku agresif atau kasar jika ada yang mencoba membangunkan
- Mengalami kantuk berlebihan pada siang hari
Pada orang dewasa, gangguan ini dapat melibatkan aktivitas yang lebih kompleks, seperti memasak, makan, memainkan alat musik, hingga mengemudi.
Kapan Harus Berkonsultasi ke Dokter?
Jika tidur berjalan berlangsung berulang kali, menyebabkan cedera, atau melibatkan aktivitas yang berbahaya, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Penanganan yang tepat dapat membantu mencegah risiko yang lebih serius dan memperbaiki kualitas tidur penderita.
BACA JUGA: 5 Rekomendasi Lampu Tidur untuk Anak Kos
Mengetahui berbagai macam gejala sleepwalking, dapat menjadi langkah penting untuk mencegah terjadinya gejala tersebut.
(Virdiya/Budis