BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Red Bull Racing memang identik dengan prestasi dan dominasi di Formula 1 dalam beberapa musim terakhir.
Namun, bagi pembalap muda seperti Isack Hadjar, mantan pebalap F1 Christijan Albers justru menilai Red Bull bisa menjadi jebakan yang menghambat karier jangka panjang.
Isack Hadjar, bintang muda asal Prancis yang bersinar di F2, belakangan dikabarkan masuk radar Red Bull untuk menggantikan Yuki Tsunoda di musim mendatang.
Namun, Albers punya pandangan berbeda. Ia menilai bergabung ke tim besar seperti Red Bull terlalu cepat bisa justru “membakar” potensi Hadjar.
“Hadjar punya bakat luar biasa. Tapi mendampingi Max Verstappen? Itu bukan tempat ideal untuk tumbuh. Tekanan di sana terlalu ekstrem,” tegas Albers dalam wawancara.
Baca Juga:
Alih-alih mengejar gengsi langsung, Albers menyarankan Hadjar mencari jalur yang lebih stabil, membalap di tim papan tengah yang memberi ruang berkembang tanpa sorotan berlebihan.
Ia mencontohkan Pierre Gasly dan Carlos Sainz, dua alumni Red Bull yang justru berkembang pesat setelah keluar dari ‘sistem’ tersebut.
“Gasly di Alpine dan Sainz di Ferrari, mereka tumbuh karena keluar dari bayang-bayang Red Bull. Di Racing Bulls atau Red Bull Racing, jika Anda tak tampil sempurna sejak awal, peluang Anda akan habis dalam sekejap,” ujar Albers.
Pernyataan Albers ini seolah menjadi kritik terselubung terhadap sistem pembinaan pembalap Red Bull yang dikenal sangat keras dan penuh tekanan.
Nama-nama seperti Daniil Kvyat hingga Alex Albon pernah merasakan kerasnya ekspektasi di bawah sayap Red Bull, dengan karier yang sempat meredup sebelum bangkit kembali bersama tim lain.
(Budis)