BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Politisi NasDem Ahmad Sahroni membuat pengakuan mengejutkan dan viral di media sosial setelah kediaman mewahnya di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi sasaran penjarahan oleh massa dalam gelombang kerusuhan sosial beberapa waktu lalu.
Dalam unggahan putus asanya, Ahmad Sahroni memohon kepada publik untuk mengembalikan sebuah flashdisk putih yang ia sebut sangat penting, yang hilang bersama tas selempang Louis Vuitton hitam miliknya.
Ahmad Sahroni dengan tegas menyatakan kesediaannya merelakan tas mewah tersebut asal flashdisk berisi data penting itu dikembalikan.
“Apa ada yang nemu tas selempang Louis Vuitton warna hitam? Isinya ada flashdisk warna putih. Tasnya ambil aja, kembaliin FD-nya sama saya. Isinya data penting semua. Sangat-sangat penting. DM ya, ada imbalan,” tulis Sahroni dalam akun media sosial pribadinya.
Permintaan ini memicu spekulasi luas di kalangan netizen yang menduga flashdisk tersebut memuat dokumen sensitif atau data politik penting yang nilainya jauh melebihi barang-barang branded miliknya.
Polisi saat ini tengah melakukan penyelidikan dan sudah memeriksa lima saksi terkait kasus penjarahan di rumah Sahroni.
Di sisi lain, Sahroni menyampaikan permintaan maaf terbuka atas ucapan-ucapan kontroversialnya di masa lalu dan berjanji tidak mengulanginya.
Namun, terkait permintaan agar ia kembali ke Indonesia, ia belum bisa memenuhi karena alasan keamanan bagi dirinya dan keluarganya.
Baca Juga:
Akun X Sahroni Palsu Centang Biru, Nasdem Dorong Tindakan Hukum
Salsa Erwina Kiritik Tajam NasDem Hanya Nonaktifkan Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach
Penjarahan di rumah Sahroni yang terjadi pada akhir pekan lalu tidak hanya melibatkan tas dan flashdisk, tapi juga jam tangan mewah Richard Mille RM 40-01 McLaren Speedtail senilai Rp11,7 miliar, tas Hermes, piano besar, hingga action figure Iron Man dan Spider-Man berukuran manusia.
Bahkan, dokumen pribadi seperti ijazah SMP Sahroni turut terambil, menambah kehebohan di media sosial.
Insiden penjarahan ini terjadi di tengah gejolak sosial yang melanda Jakarta dan sekitarnya, beriringan dengan aksi protes yang berujung pada tindakan anarkis dan perusakan properti.
Sebanyak 1.240 orang ditangkap dan ratusan pendemo dirawat, termasuk satu korban meninggal dunia. Kerusakan infrastruktur publik juga mencapai kerugian miliaran rupiah.
Fenomena penjarahan serupa juga menimpa sejumlah tokoh publik lain, seperti rumah Eko Patrio di Setiabudi yang tengah diselidiki polisi, dan hampir terjadi pada kediaman Ketua DPR RI Puan Maharani di Menteng.
Menteri Keuangan Sri Mulyani juga menjadi korban penjarahan rumahnya di Bintaro, Jakarta Selatan.
(Anisa Kholifatul Jannah)