JAKARTA, TM.ID : Inilah kunci utama dalam menangani kasus stunting atau hambatan pertumbuhan anak, menurut Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Kemenko PMK menegaskan bahwa gotong royong merupakan kunci utama dalam penanganan kasus stunting tersebut.
Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi mengatakan bahwa gotong royong merupakan salah satu nilai dari Gerakan Nasional Revolusi Mental yang dapat menjadi kunci utama dalam penanganan stunting.
Didik menjelaskan seluruh pemangku kepentingan hingga masyarakat perlu bergotong royong dan berperan aktif dalam upaya penanganan stunting.
“Diharapkan dengan adanya kolaborasi serta gotong royong antarkementerian dan lembaga, serta diperkuat dengan peran aktif dari masyarakat akan menyukseskan program percepatan penurunan prevalensi stunting,” kata Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK Didik Suhardi dihubungi di Jakarta, Jumat.
Didik juga mengatakan bahwa pemerintah menargetkan penurunan angka stunting menjadi 14 persen pada tahun 2024.
“Permasalahan stunting tentunya akan menjadi hambatan besar bagi program pembangunan SDM Indonesia, karena itu mari bergotong royong menurunkan prevalensi stunting sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental,” katanya.
Dia menambahkan, upaya menurunkan prevalensi stunting perlu menjadi prioritas bersama guna menciptakan generasi unggul dan berkualitas.
BACA JUGA: BKKBN Riau Targetkan Kasus Stunting Turun 14 Persen di 2024
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menekankan pentingnya inovasi dalam percepatan penurunan kasus stunting, kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu sehingga badannya menjadi tengkes.
Menko PMK mencontohkan, inovasi yang telah dijalankan dalam upaya percepatan penurunan stunting antara lain penyediaan alat USG di puskesmas dan alat ukur untuk memantau pertumbuhan bayi di posyandu.
“Diharapkan akan semakin banyak puskesmas dan posyandu yang memiliki kelengkapan alat-alat standar untuk mendukung upaya percepatan penurunan prevalensi stunting,” katanya.
Muhadjir juga menyampaikan perlunya pengerahan kader-kader terlatih untuk memantau pemenuhan kebutuhan gizi serta pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencegah stunting.
(Budis)