BANDUNG, TM.ID – Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) akan membuka program Program Doktoral Ilmu Pemerintahan. Demikian disampaikan Rektor Unjani Hikmahanto Juwana dalam pengukuhan 1.633 wisudawan Unjani periode I dan II di Bandung.
Rektor Unjani Hikmahanto Juwana dalam sambutannya mengatakan, para lulusan telah dibekali berbagai persiapan menyambut dunia kerja. Khususnya kedisiplinan dan leadership, mengingat Unjani merupakan milik TNI Angkatan Darat.
“Kami replikasikan karakter TNI AD. Kami juga sekarang mempunyai lembaga sertifikasi kompetensi, sehingga mahasiswa yang lulus akan diberikan berbagai kompetensi yang menjadi bekal, selain ilmi pengetahuan. Mudah-mudahan bekal ini dapat membuat mereka mampu menghadapi era digitalisasi,” ujar Hikmahanto, di HARRIS Hotel and Conventions, Festival Citylink, Kota Bandung, Kamis (27/7/2023).
Program Doktoral Ilmu Pemerintahan
Selain itu, Unjani akan membuka program doktoral pada Ilmu Pemerintahan, sebagai langkah besar menuju perguruan tinggi terkemuka di Jawa Barat. Tidak hanya itu, dalam waktu dekat pihaknya juga akan membangun auditorium sebagai sarana pendukung, salah satunya dalam pelaksanaan wisuda di masa mendatang.
“In Syaa Allah wisuda tahun depan akan di gedung auditorium sendiri, yang dapat memfasilitasi sampai 3.500 orang. Pembangunannya sudah hampir rampung dan 2024 bisa digunakan,” imbuhnya.
BACA JUGA: Bamsoet Raih Gelar Doktor Hukum dari Unpad
Seorang Lulusan Meninggal Sebelum Diwisuda
Suasana haru menyelimuti prosesi pengukuhan, ketika Hikmahanto menyampaikan duka cita atas wafatnya salah satu lulusan dari Fakultas Kedokteran Unjani, Raisha Adilla Kartika Rifca Setiawan.
“Tentu kami dari civitas akademika Unjani mengucapkan rasa duka mendalam, atas meninggalnya ananda Raisha dan kami pun menyampaikan dukungan kepada orangtua untuk tabah dan sabar,” imbuhnya.
Pepatah yang mengatakan, ‘malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih’ mengena betul bagi pasangan Arif Setiawan dan Candra Rayani, kala menghadiri prosesi wisuda.
Sebab karena suratan takdir, putri sulung mereka yang bernama Raisha Adilla Kartika Rifca Setiawan, tidak dapat ikut serta bersama rekan sejawatnya menikmati, merayakan kelulusan mereka setelah sekian tahun berjuang di bangku kuliah.
Harusnya hari ini, Raisha memakai toga dan menerima sendiri ijazahnya dan bukan diwakili oleh orangtua. Semangatnya nyatanya dikalahkan oleh kanker ganas, yang telah diidapnya selama empat tahun. Kurang dari sepekan pasca mengikuti sidang skripsi, dia menghembuskan nafas terakhir.
“Sebagai orangtua, bangga karena dalam studi (mengalami) sakit empat tahun tapi selalu berusaha untuk lulus. Tapi sedih juga, setelah lulus beberapa hari kemudian meninggal,” ujar Arif di sela-sela prosesi wisuda.
Sedangkan Candra mengenang, sejak SMA putrinya ini memang telah bercita-cita untuk menjadi dokter. Dimana profesi dokter spesialis onkologi, menjadi dambaannya.
Namun siapa sangka, belum sempat mengabdikan diri kepada masyarakat. Raisha sudah dikalahkan lebih dulu oleh sakit, yang sejatinya akan menjadi musuhnya bila menjadi dokter spesialis onkologi.
“Raisha ini anak yang lincah. Semangatnya untuk menyelesaikan kuliah ini tinggi. Alhamdulillah bisa diselesaikan. Walaupun hari ini dia enggak bisa hadir. Dia tanggal 1 Juni sidang, 5 Juni meninggal,” tutupnya.
(Dang Yul/Aak)