BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tim dosen Telkom University (Tel-U) berhasil meraih penghargaan Best Paper Award dalam konferensi internasional IEEE Conference yang diselenggarakan di Washington D.C. pada 14-15 Oktober 2024. Konferensi ini mengusung tema Digital Platforms and Societal Harms, menjadi panggung bagi para peneliti dari berbagai negara untuk mengangkat berbagai isu terkait dampak digitalisasi pada masyarakat.
Tim dosen dari Fakultas Komunikasi dan Ilmu Sosial (FKS) Tel-U yang terdiri dari Tim Dosen yaitu Dr. Catur Nugroho, Rizca Haqqu, Chairunnisa Widya Priastuty, Astri Wulandari, Jasmine Alya Pramesthi dan Mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi, Zalfa Qathrunnada, mendapatkan penghargaan Best Paper Award dengan penelitian berjudul ‘Prevention of Disinformation Dissemination Based on Local Wisdom: Case Study of The Mystical Sect Perjalanan West Java Indonesia’.
Dr. Catur Nugroho menjelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana komunitas Aliran Kebatinan “Perjalanan” (AK Perjalanan), yang berbasis di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menghadapi tantangan penyebaran disinformasi yang banyak muncul melalui media sosial. Disinformasi dianggap sebagai ancaman serius yang berpotensi memicu perpecahan, kerugian finansial, hingga ketidakstabilan sosial.
“Masalah disinformasi bukan hanya menghalangi kebenaran informasi, tetapi juga menimbulkan kesalahpahaman yang berujung pada perpecahan di masyarakat, hal ini yang kita identifikasi bagaimana masyarakat tersebut menghadapi tantangan teknologi ini” ujarnya dalam keterangan tertulisnya yang diterima Teropongmedia.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yang mendalami model pencegahan penyebaran disinformasi berbasis nilai kearifan lokal. Hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi aktif dari komunitas AK Perjalanan, memberikan kemudahan berkomunikasi dan kejelasan dalam mengklarifikasi berita di kalangan masyarakat. Loyalitas yang tinggi di antara anggota AK Perjalanan turut membangun rasa saling percaya dan kesadaran akan bahaya disinformasi yang tersebar di media digital.
Meski begitu, Dr. Catur mengakui bahwa tantangan utama bagi komunitas ini adalah adanya pergeseran budaya yang dipicu oleh kemajuan teknologi dan media digital, yang bisa menyebabkan kesenjangan antar generasi dalam menghadapi disinformasi.
BACA JUGA: Telkom University dan Kominfo Medan Kolaborasi Gelar Pelatihan Digital untuk UMKM
“Formulasi model penanggulangan disinformasi berbasis kearifan lokal ini menawarkan pendekatan yang kasuistik dan spesifik sesuai dengan kondisi komunitas tertentu,” tambahnya.
Prestasi ini menjadi bukti komitmen Tel-U dalam mengembangkan penelitian yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, sekaligus memberikan kontribusi nyata dalam mengatasi permasalahan sosial melalui pendekatan inovatif berbasis kearifan lokal.
(Usk)