BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Siri na pacce merupakan falsafah hidup yang dipegang teguh oleh masyarakat suku Bugis-Makassar. Nilai-nilai dalam falsafah tersebut senantiasa dipertahankan dalam tatanan kehidupan mereka.
Siri na pacce kerap kali diungkapkan oleh masyarakat Bugis-Makassar untuk mengingatkan jati diri mereka akan arti dari falsafah ini.
Apa Arti Siri Na Pacce?
Siri na pacce terdiri dari dua kata, yaitu “siri” dan “pacce”. Siri dalam bahasa Makassar berarti malu, sedangkan pacce merujuk pada rasa kemanusiaan yang adil dan beradab, semangat rela berkorban, bekerja keras, dan pantang mundur.
Dalam Jurnal Antropologi: Isu-isu Sosial Budaya Universitas Andalas, dijelaskan bahwa dalam masyarakat Makassar terdapat ungkapan “punna tena siriknu, paccenu seng pakania” yang artinya kalau tidak ada siri’-mu, pacce-lah yang kau pegang teguh. Ungkapan ini menggambarkan bahwa antara siri’ dan pacce selalu seiring sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Bagi masyarakat Bugis-Makassar, apabila siri dan pacce sebagai pandangan hidup tidak dimiliki oleh seseorang, maka orang tersebut tidak lebih dari binatang. Hal ini karena dinilai tidak punya siri’ atau malu dan tidak memiliki unsur pacce atau kepedulian sosial.
Makna Dalam Siri Na Pacce
Siri memiliki tiga makna, yakni rasa malu, pendorong untuk membinasakan siapa saja yang mencederai kehormatan, dan pendorong untuk bekerja dan berusaha sebanyak mungkin.
Selain itu, siri juga menjadi pengekang orang Bugis-Makassar agar tidak melakukan tindakan persekusi yang dilarang oleh kaidah adat.
Sementara pacce memiliki makna perasaan hati yang sedih dan pilu apabila sesama warga masyarakat, keluarga, atau sahabat yang ditimpa kemalangan. Sehingga menimbulkan dorongan solidaritas bagi mereka yang ditimpa kemalangan.
Solidaritas sosial inilah yang mencari sumber moral untuk membentuk tatanan sosial di tengah masyarakat. Sehingga pacce berfungsi sebagai alat penggalang persatuan, solidaritas, kebersamaan rasa kemanusiaan dan memberi motivasi pula untuk berusaha sekalipun dalam keadaan yang sangat pelik dan berbahaya.
Sejarah Siri Na Pacce
Melansir Jurnal IAIN Sultan Amai Gorontalo, siri na pacce merupakan budaya yang telah diterapkan oleh suku Makassar sejak zaman dahulu.
Suku Makassar yang mendiami sebagian wilayah Sulawesi Selatan merupakan penduduk asli yang sudah memiliki pranata budaya tersendiri, bahkan jauh sebelum lahir Kerajaan Gowa.
Sejarah tentang siri na pacce dapat diketahui dari tulisan lontara yang merupakan warisan budaya suku Bugis-Makassar.
Walaupun sejarah suku Makassar mulai tercatat pada masa Karaeng Tumapakrisik Kallonna, namun budaya siri sendiri sudah menjadi adat istiadat dan falsafah hidup mereka sejak dahulu.
BACA JUGA : Jangan Mengaku Suku Bugis Jika Belum Tahu Standar Kecantikan Daerahnya
Pepatah dan Ungkapan
Beberapa petuah masyarakat terdahulu suku Bugis-Makassar antara lain ungkapan “Siritaji nakitau”, yang artinya hanya siri maka kita dinamakan manusia.
Maksud pepatah ini seseorang yang tidak mempunyai siri tidak layak disebut manusia. Karena sikap orang yang tidak mempunyai siri’ seperti perbuatan binatang yang tidak punya rasa malu.
Pepatah lain adalah “Punna taenamo siri’ku, manna kupannobokangki, taenamo nalantanglantang”. Arti pepatah tersebut yakni manakala tidak ada lagi siri’ ku, maka sekalipun aku menikamkan kerisku kepada tuan, tidaklah menjadi dalam lagi.
Maksudnya pepatah itu apabila seseorang sudah tidak memiliki perasaan malu. Baka orang tersebut sudah tidak mempunyai kehormatan dan kekuatan di hadapan orang lain.
Istilah ini menjadi pedoman hidup masyarakat Bugis-Makassar untuk menumbuhkan sikap positif dan membuat hidup lebih berguna dan bermakna.
(Hafidah Rismayanti/Aak)