5 Penyebab Post Power Syndrome yang Berbahaya

Post Power Syndrome
Ilustrasi. (Pixabay)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Post Power Syndrome (PPS) merupakan kondisi psikologis yang sering dialami oleh individu yang selalu membandingkan pencapainnya di masa lalu dengan kondisinya saat ini.

Penderita PPS biasanya orang yang sebelumnya memegang posisi kekuasaan, baik di pemerintahan, perusahaan, maupun organisasi lainnya.

Setelah kehilangan posisi tersebut, mereka dapat mengalami berbagai gejala emosional dan mental yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan mereka.

Penyebab Utama Penderita PPS

Berikut adalah beberapa penyebab utama dari PPS.

1. Kehilangan Identitas

Salah satu penyebab utama PPS adalah kehilangan identitas yang terkait dengan jabatan atau kekuasaan yang sebelumnya dimiliki. Banyak individu mendefinisikan diri mereka melalui peran dan tanggung jawab yang mereka jalani.

Ketika peran tersebut hilang, mereka merasa kehilangan tujuan dan makna hidup, yang dapat menyebabkan kebingungan dan depresi.

2. Stres dan Kecemasan

Setelah kehilangan kekuasaan, banyak individu merasa tertekan dan cemas mengenai masa depan mereka. Mereka mungkin merasa tidak memiliki kontrol atas hidup mereka lagi dan khawatir tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan finansial atau sosial. Stres ini bisa mengakibatkan perasaan putus asa dan kurangnya motivasi.

3. Isolasi Sosial

Kekuasaan sering kali membawa jaringan sosial yang luas, tetapi setelah kehilangan posisi, individu bisa merasa terasing. Mereka mungkin kehilangan koneksi dengan rekan kerja, kolega, atau bahkan teman-teman yang sebelumnya berhubungan hanya dalam konteks profesional. Isolasi ini dapat memperburuk kondisi psikologis mereka, membuat mereka merasa sendirian dan tidak berharga.

4. Stigma dan Penilaian Publik

Banyak individu yang mengalami PPS juga merasakan stigma sosial. Mereka mungkin merasa dihakimi oleh masyarakat karena kehilangan jabatan atau posisi.

Pandangan negatif dari orang lain dapat memperparah perasaan rendah diri dan ketidakcukupan yang mereka alami.

5. Kesulitan Beradaptasi

Perubahan dari posisi berkuasa ke kehidupan yang lebih biasa sering kali memerlukan penyesuaian yang signifikan.

Beberapa individu mungkin kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan baru yang tidak lagi melibatkan kekuasaan dan otoritas. Kesulitan ini dapat mengakibatkan frustrasi dan ketidakpuasan terhadap hidup mereka.

BACA JUGA: 5 Selebriti yang Hadapi Tantangan Kesehatan Mental

Banyaknya penyebab Post Power Syndrome, menjadikan penderitanya butuh perhatian lebih setelah kehilangan kekuasaan dari orang-orang terdekatnya. Pendekatan yang suportif, baik dari teman, keluarga, maupun profesional, sangat penting untuk membantu individu mengatasi transisi ini dan menemukan kembali tujuan hidup mereka.

 

(Virdiya/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
cek fisik kendaraan online
Cek Fisik Kendaraan Bakal Jadi Online, Pemeriksaan Lebih Canggih!
Waktu terasa cepat
Kenapa Waktu Terasa Cepat? Simak Penjelasan Ilmiahnya
Alasan logis menyukai anime
5 Alasan Logis Orang Dewasa Menyukai Anime, Lebih dari Hobi!
Istilah wibu
Mengulik Istilah dan Ciri-ciri Anak Wibu
Komisi XIII DPR RI
AKD Baru, Komisi XIII DPR RI Belum Bisa Kerja
Berita Lainnya

1

Prabowo Gunakan Uang Pribadi Biayai Pembekalan Kabinet Merah Putih

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

4

Cara Mention Orang di Status WhatsApp, Mirip Instagram Stories!

5

Klub Manchester United Ucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda, Kutip Ucapan Bung Karno
Headline
IMG-20241028-WA0003
Menang di Markas Persik Kediri, Persib Belum Terkalahkan di Kompetisi Liga 1 2024/2025
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans 125-103 dalam Lanjutan kompetisi NBA
Sumpah Pemuda Manchester United
Klub Manchester United Ucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda, Kutip Ucapan Bung Karno
Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga kasus PTDH Ipda Rudy Soik
Jelimet PTDH Ipda Rudy Soik, Kapolda NTT: Kasus Bermula dari Room Karaoke