BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Pada proses uji coba layanan Starlink, yang berlangsung di Puskesmas Pembantu Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, sempat terjadi perlambatan jaringan atau ‘lag’, Minggu (19/5/2024).
Menteri Komunikasi dan Informatika, Budi Arie Setiadi, menanggapi situasi ini dengan tenang. Menurut Budi, hal tersebut merupakan hal yang wajar dalam pengembangan teknologi baru dan tidak perlu dikhawatirkan. Meskipun ada sedikit kendala, uji coba ini menunjukkan hasil yang sangat positif.
Budi Arie menjelaskan, terdapat peningkatan signifikan dalam kecepatan internet selama uji coba.
“Kan tadi sudah dilihat peningkatan kecepatan internetnya, bagus sekali. Tadi juga dilihat kan perbandingannya, sebelum ada sinyal itu cuma 17 Mbps, terus (pas ada Starlink) langsung lompat ke 300 Mbps,” jelas Budi Arie dikutip Selasa (21/5/2024).
Budi Arie menekankan, layanan internet berbasis satelit seperti Starlink akan sangat bermanfaat untuk masyarakat di daerah-daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).
“Nanti kita arahkan ke daerah-daerah 3T yang belum ada akses internet. Jadi sangat membantu masyarakat, terutama untuk puskesmas dan pendidikan,” ucapnya.
Dengan kehadiran Starlink, lanjut Budi, diharapkan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan institusi pendidikan di daerah-daerah terpencil dapat menikmati akses internet yang cepat dan stabil, mendukung peningkatan kualitas layanan kesehatan dan pendidikan di Indonesia.
BACA JUGA: Fakta Lain Starlink di Indonesia Diungkap Budi Arie, Belum Bayar Pajak?
Starlink merupakan inovasi terbaru dari SpaceX, perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk. Dengan memanfaatkan konstelasi satelit di orbit rendah bumi, Starlink bertujuan menyediakan internet berkecepatan tinggi dengan latensi rendah ke seluruh dunia, termasuk daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur internet tradisional.
Layanan ini tidak hanya bermanfaat bagi sektor kesehatan tetapi juga bagi pendidikan. Akses internet yang cepat memungkinkan sekolah-sekolah di daerah 3T mengakses sumber daya pendidikan yang lebih luas, seperti materi pembelajaran online, kursus daring, dan platform e-learning. Ini penting untuk mengurangi kesenjangan pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.l
Selain itu, teknologi internet berbasis satelit Starlink juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah terpencil. Dengan akses internet yang memadai, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah 3T dapat memperluas jangkauan pasar mereka secara online, mengakses informasi bisnis terbaru, dan meningkatkan efisiensi operasional mereka. Hal ini berpotensi meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, kehadiran Starlink diharapkan dapat menjadi solusi bagi tantangan konektivitas internet di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang selama ini belum terjangkau oleh jaringan internet konvensional.
(Budis)