JAKARTA, TEROPONGMEDIA.ID — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan 2025/2026 di Indonesia akan datang lebih cepat dari kondisi normal. Hal ini perlu diwaspadai karena berpotensi menimbulkan ancaman bahaya hidrometeorologi, mulai dari banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, hingga angin kencang.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan, musim hujan tahun ini sudah mulai terjadi sejak Agustus 2025 di sebagian wilayah Indonesia dan diperkirakan meluas hingga November 2025.
Puncak musim hujan bervariasi, dengan wilayah Sumatera dan Kalimantan pada November-Desember 2025, sedangkan Jawa, Sulawesi, Maluku, dan Papua pada Januari-Februari 2026.
“Dibandingkan rerata klimatologi 1991-2020, awal musim hujan tahun ini cenderung maju. Secara umum, sifat hujan diprediksi normal, tetapi ada 193 zona musim yang berpotensi hujan di atas normal,” kata Dwikorita dalam konferensi pers, Jumat (12/9/2025).
Baca Juga:
Update Korban Tewas Banjir Bali Bertambah Jadi 16 Orang
Daftar Kontak Darurat Bencana dan Lokasi Pengungsian Banjir di Bali
Berdasarkan data BMKG, sebanyak 294 zona musim diperkirakan akan mengalami awal hujan lebih cepat, hanya 50 zona normal, dan 56 zona mundur. Artinya, mayoritas wilayah Indonesia harus siap menghadapi hujan lebih cepat dari biasanya.
BMKG mengingatkan kementerian, pemerintah daerah, sektor pertanian, energi, hingga kesehatan untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Penyesuaian kalender tanam, pengelolaan waduk, perbaikan drainase, serta edukasi masyarakat dinilai penting agar dampak bisa ditekan.
Selain itu, tingginya kelembaban pada musim hujan juga berpotensi meningkatkan penyebaran penyakit tropis, seperti demam berdarah dengue (DBD), terutama pada Desember 2025 hingga Januari 2026.
“BMKG sudah meningkatkan layanan informasi cuaca melalui aplikasi, media sosial, hingga komunikasi langsung dengan pemerintah daerah. Informasi ini harus dimanfaatkan untuk perencanaan dan mitigasi agar risiko bisa diminimalkan,” tegas Dwikorita. (usamah kustiawan)