BANDUNG,TM.ID: Israel merespon dengan marah pemungutan suara (voting) pertama dari Dewan Keamanan PBB yang menuntut ‘gencatan senjata segera di Gaza’ setelah sekutunya, Amerika Serikat tidak memilih atau abstain.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan, agar gencatan senjata dapat dilakukan segera mungkin.
“Kegagalan tidak bisa dimaafkan,” tulisnya dalam media sosial X.
Usai resolusi itu disahkan, Israel membatalkan delegasinya untuk terbang ke Washington, yang dimintai oleh Amerika soal kekhawatiran atas invasi Israel ke Rafah di Gaza yang banyak penduduknya.
BACA JUGA: Sah! Resolusi PBB Berisi Gencatan Senjata Demi Akhiri Krisis Kemanusiaan di Gaza
Israel menyatakan, sikap abstain dari Amerika Serikat merugikan, baik upaya perangnya maupun pembebasan sandera.
“Hal ini merupakan kemunduran yang jelas dari posisi konsisten AS,” tulis pernyataan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Sementara, perhatian diplomatik jatuh ke New York, pertempuran terus berlanjut di Jalur Gaza, dengan pasukan zionis Israel yang memerangi militan Hamas.
Pesawat dari militer asing kembali memasok bantuan ke Gaza utara, di mana situasi kemanusiaan sangat menyedihkan dan warga sipil mengungsi ke selatan.
“Ini adalah bencana kelaparan,” kata Mohamad al-Sabaawi yang seperti orang lain bergegas ke pantai berharap ada sesuatu yang terapung. Dia berjalan pergi dengan sekaleng kecil ikan berwarna kuning.
Washington kukuh dengan sikap abstain di Dewan Keamanan, yang diikuti banyak veto, tidak menandai banyak perubahan dalam kebijakan, meskipun sikap yang semakin keras terhadap Israel dalam beberapa pekan terakhir.
Voting Disetujui 14 Negara
14 anggota Dewan Keamanan lainnya memberikan voting untuk gencatan senjata segera selama bulan Ramadhan yang sedang berjalan, serta mengarah ke gencatatn selamanya.
Resolusi tersebut, melahirkan sorak tepuk tangan dan meminta Hamas serta militan lainnya untuk membebaskan sandera yang mereka tangkap, meski meski resolusi itu tidak menghubungkan pembebebasan tersebut dengan gencatan senjata.
Sebelumnya, pada Oktober 2023 lalu perang Gaza pecah dengan serangan Hamas, yang mengakibatkan “Ini adalah bencana kelaparan,” kata Mohamad al-Sabaawi yang seperti orang lain bergegas ke pantai berharap ada sesuatu yang terapung. Dia berjalan pergi dengan sekaleng kecil ikan berwarna kuning.
Tentara juga menyandera sekitar 250 orang, yang diklaim Israel sekitar 130 masih ditahan di Gaza, termasuk 33 orang diperkirakan tewas. Bersumpah balas dendam kepada Hamas, zionis Israel bertubi-tubi melakukan pemboman dan invasi darat ke wilayah pesisir.
Kementerian Kesehatan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas menyebutkan, seluruhnya korban jiwa warga Palestina sebanyak 32.333 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
(Saepul/Aak)