BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Max Verstappen kini menghadapi tekanan besar bukan hanya dari rival-rivalnya di lintasan, tapi juga dari regulasi yang menghantui.
Setelah insiden di Grand Prix Spanyol yang melibatkan George Russell, bintang Red Bull itu kini mengantongi 11 poin penalti, hanya satu poin lagi dari larangan balapan otomatis, sesuatu yang bisa menjadi mimpi buruk di tengah perburuan gelar musim ini.
Insiden di Barcelona, yang berujung pada pemberian tiga poin penalti tambahan, menjadi sorotan tajam. Verstappen mengakui kontak tersebut “tidak seharusnya terjadi,” namun pengawas lomba tidak ragu mengambil tindakan tegas.
Kontak dengan Russell bukan hanya merugikan secara posisi, tapi juga membawa konsekuensi jangka panjang pada status keikutsertaannya.
Kini, sang juara dunia empat kali itu hanya bisa berharap untuk tampil “bersih” di dua seri krusial berikutnya: GP Kanada dan GP Austria yang juga merupakan balapan kandang bagi tim Red Bull.
Team Principal Red Bull Racing, Christian Horner tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.
“Kita tidak bisa menjamin apa pun. Max harus tampil sebersih mungkin hingga akhir Juni. Setelah itu, beberapa poin penalti akan kedaluwarsa,” ujar Horner.
Baca Juga:
Klasemen Formula 1 2025: Piastri Bertahan di Puncak Dibuntuti Verstappen dan Norris
Ketegangan makin terasa karena Verstappen akan kembali bersaing di trek yang menuntut agresivitas tinggi. Dalam kondisi normal, gaya membalapnya yang agresif menjadi aset berharga.
Namun kali ini, satu manuver salah bisa mengubah segalanya dari perebutan podium menjadi hukuman larangan balapan.
Situasi ini menjadi ujian besar tidak hanya bagi Verstappen sebagai pembalap, tetapi juga bagi Red Bull sebagai tim yang selama ini mengandalkan performa dominan sang juara.
Dengan tekanan yang meningkat, sorotan kini tertuju: bisakah Max bermain aman tanpa kehilangan tajinya?.
(Budis)