BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kota Bandung kembali dihadapkan pada permasalahan serius terkait pengelolaan sampah. Saat ini, volume sampah di wilayah Bandung Raya diperkirakan telah menembus angka 1.600 ton per hari.
Namun, daya tampung dan kapasitas pengolahan sampah yang tersedia masih belum dapat mengimbangi lonjakan tersebut.
“Wilayah Bandung Raya memang yang paling bermasalah. Produksi sampah kita setiap hari sudah lebih dari 1.600 ton dan terus meningkat. Sementara itu, kapasitas pengolahan belum mengalami peningkatan signifikan,” kata Wali Kota Bandung Muhammad Farhan, Senin (5/5/2025).
Menurutnya, situasi tersebut mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat untuk turun tangan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyatakan komitmennya untuk membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam mempercepat pembangunan sarana pengolahan sampah terutama insinerator.
“Menurut pak gubernur, idealnya dibutuhkan sekitar 60 titik insinerator untuk mengatasi masalah ini. Kami di kota sudah mulai mempersiapkan lahan, dan kami mohon bantuan gubernur agar proses perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup bisa dipercepat,” ucap Farhan.
Baca Juga:
Dugaan Kuat Adanya Praktik Pungli Retribusi Sampah di Pasar Gedebage
Pemkot Cimahi Rencanakan Buang Sampah ke Bogor Akibat Darurat Sampah
Tak hanya insinerator, percepatan pembangunan fasilitas pengolahan sampah jenis refuse derived fuel (RDF), kata Farhan menjadi fokus utama. Lokasi prioritas pembangunan RDF berada di kawasan Gedebage, dengan kapasitas pengolahan 300 ton per hari.
Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan dukungan penuh dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“RDF Gedebage sangat strategis. Kalau ini bisa segera berjalan, beban pengelolaan sampah bisa langsung berkurang secara signifikan,” ujarnya.
Sedangkan, untuk pengolahan sampah organik. Pemkot Bandung akan melibatkan PD Pasar dan seluruh pengelola pasar tradisional di Kota Bandung. Skema pengelolaan sampah berbasis pasar ini ditargetkan dapat mengurangi hingga 20 persen volume sampah yang masuk ke TPA.
“Target kami, dalam tiga bulan ke depan semua inisiatif ini sudah berjalan dan mulai terlihat hasilnya. Setiap hari saya keliling, rasanya seperti jadi tukang sampah sendiri karena memang situasinya sangat darurat,” katanya
Selain itu, Farhan menegaskan, saat ini fokus utama pemerintah adalah mencegah penumpukan sampah baru, terutama di kawasan pasar yang menjadi titik rawan penumpukan sampah.
Pihaknya pun mengajak, seluruh elemen masyarakat untuk terlibat aktif dalam pengurangan sampah dari sumbernya sambil menunggu infrastruktur pengolahan yang lebih besar rampung dibangun.
“Belum selesai yang numpuk, sampah baru setiap hari juga terus datang dan belum bisa tertangani dengan optimal. Sekarang yang terpenting adalah pencegahan agar tidak terjadi penumpukan baru, khususnya di pasar-pasar,” pungkasnya. (Kyy/Usk)