Tingkeban, Tradisi 7 Bulanan Kehamilan yang Masih Dilestarikan

Penulis: hafidah

Tradisi Tingkeban
(Instagram/@aurelie.hermansyah)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Salah satu tradisi Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah tingkeban. Tradisi tingkeban adalah upacara adat Jawa dalam rangka 7 bulanan bayi dalam kandungan atau upacara 7 bulanan kehamilan.

Tingkeban merupakan upacara terakhir sebelum kelahiran, yang hakikatnya mendoakan ibu dan calon bayi agar selamat dan lahir normal.

Asal-usul Tingkeban

Tradisi tingkeban juga disebut dengan mitoni, yaitu satu kata yang berasal dari pitu atau tujuh. Maksudnya mitoni adalah upacara adat yang diselenggarakan dalam rangka memperingati tujuh bulan kehamilan.

Tingkeban atau mitoni ini merupakan tradisi lama yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam peradaban Jawa. Konon, upacara tingkeban ini sudah dikenal sejak masa kejayaan Kerajaan Kediri, yaitu saat diperintah oleh Prabu Jayabaya.

Pada saat itu, ada seorang wanita bernama Niken Satingkeb yang menikah dengan seorang punggawa kerajaan Kediri bernama Sadiyo. Selama pernikahan itu, Niken sudah melahirkan sembilan kali.

Namun tidak ada satu pun bayi yang bertahan hidup hingga dewasa. Kenyataan itu membuat Niken Satingkeb dan Sadiyo merasa sedih. Keduanya lantas menghadap Prabu Jayabaya dan mengadukan nasib malang mereka. Sang prabu lantas memberi petunjuk agar Niken Satingkeb dan Sadiyo melakukan tiga hal.

Pertama mandi setiap hari Rabu (tumbah), kedua mandi hari Sabtu (budha), dan ketiga mandi suci dengan menggunakan air suci dan gayung dari batok kelapa. Pada saat mandi suci, Niken Satingkeb diminta untuk memanjatkan doa harapan agar jika hamil lagi diberi kelancaran dan bayinya sehat. Sejak saat itu, apa yang dilakukan Niken Satingkeb tersebut menjadi tradisi yang dilakukan wanita saat mengandung.

Waktu dan Rangkaian Tingkeban

Tingkeban dilaksanakan saat kehamilan memasuki usia tujuh bulan. Namun, waktu tingkeban tidak bisa dilakukan sembarangan, melainkan harus dicari hari baik menurut ketentuan masyarakat Jawa. Adapun rangkaian tingkeban dimulai dengan siraman atau mandi, yang merupakan simbol penyucian jiwa dan raga.

Berikutnya adalah memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain sarung calon ibu, yang dilakukan oleh suaminya. Setelah itu adalah rangkaian upacara brojolan, yaitu memasukkan sepasang kelapa gading muda yang telah digambari Arjuna dan Sumbadra.

Kemudian, calon ibu akan mengganti busana dengan kain sebanyak tujuh motif yang berbeda-beda. Upacara ditutup dengan minum jamu sorongan, yang melambangkan agar anak yang dikandung akan mudah saat dilahirkan.

BACA JUGA : Tradisi Gigi Runcing Suku Mentawai Jadi Simbol Kecantikan

Tujuan Tingkeban

Upacara tingkeban dilakukan dengan tujuan sebagai sarana berdoa agar jabang bayi yang ada dalam kandungan selalu diberi kesehatan. Selain itu, masyarakat Jawa juga meyakini tingkeban harus dilaksanakan agar ibu dan anak dalam kandungan terhindar dari malapetaka.

Upacara ini juga mengandung makna solidaritas primordial yang berkaitan dengan adat-istiadat yang sudah turun-temurun. Bagi masyarakat Jawa, mengabaikan adat akan menimbulkan celaan dan nama buruk bagi keluarga.

Oleh karena itu, meninggalkan tingkeban tidak hanya melanggar etik status sosial, namun juga tidak menghormati tatanan para leluhur.

Tradisi tingkeban merupakan salah satu contoh bagaimana budaya Jawa masih hidup dan dilestarikan hingga saat ini. Upacara ini tidak hanya menjadi simbol keagamaan dan kepercayaan, tetapi juga menjadi bukti kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi.

 

(Hafidah Rismayanti/Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
longsor gunung kuda cirebon
Longsor Gunung Kuda Cirebon Jadi Sorotan Media Asing, Pernyataan KDM Dikutip
Hari lahir pancasila
Upacara Hari Lahir Pancasila Digelar Serentak 2 Juni 2025
Hari Lahir Pancasila
Peringati Hari Lahir Pancasila, Prabowo Sampaikan Pesan Ini!
gerebek miras bandung
Polisi Gerebek Toko Miras di Kiaracondong dan Buah Batu, Ribuan Botol Disita
Penulisan sejarah
Menyoal Penulisan Ulang Sejarah, PDIP: Pemerintah Jangan Menutup Fakta!
Berita Lainnya

1

Lokasi Tambang Gunung Kuda Cirebon Masuk Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi

2

Longsor Gunung Kuda Cirebon, ESDM Jabar Sebut Sudah Peringatkan Berkali-kali

3

Kue Cubit dan Komunikasi: Rahasia Sukses Mang Joker Dalam Membangun Hubungan dengan Pelanggan

4

Seleksi Ketat, Ratusan Mahasiswa Bersaing untuk Menjadi Pelaut PIS lewat Program Beasiswa

5

Strategi Diversifikasi Produk
Headline
Farhan: dari Kota Bandung, Bung Besar Lahir untuk Indonesia
Farhan: dari Kota Bandung, Bung Besar Lahir untuk Indonesia
Pemkot Bandung Dukung Putusan MK Terkait SD-SMP Negeri dan Swasta Gratis
Pemkot Bandung Dukung Putusan MK Terkait SD-SMP Negeri dan Swasta Gratis
Penyebab Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Kabupaten Timor Tengah Utara
Penyebab Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Kabupaten Timor Tengah Utara
Nick Kuipers Tanggapi Usulan Bobotoh Yang Ingin Membuatkan Patung Sebagai Bentuk Apresiasi
Nick Kuipers Tanggapi Usulan Bobotoh Yang Ingin Membuatkan Patung Sebagai Bentuk Apresiasi

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.